Berlin (ANTARA) - Serangan pesawat nirawak (drone) Rusia yang terus berlanjut merupakan titik terendah baru dalam perangnya melawan Ukraina, tetapi juga menjadi tanda keputusasaan Moskow, kata Kanselir Jerman Olaf Scholz, Selasa.

Dia mengatakan hal itu pada sebuah konferensi untuk merencanakan rekonstruksi Ukraina.

Menurut Scholz, sejarah Jerman sendiri menunjukkan bahwa pembangunan kembali adalah hal yang mungkin, bahkan setelah dilanda perang yang menghancurkan.

Oleh karena itu, kata dia, penting untuk merencanakan masa depan Ukraina sebagai anggota Uni Eropa yang makmur dan demokratis serta pengekspor energi hijau dan barang-barang berteknologi tinggi.

"Konferensi ini adalah tentang menyusun sebuah Rencana Marshall untuk abad ke-21," kata Scholz saat membuka konferensi di Berlin itu.

Rencana Marshall (Marshall Plan), yang resminya bernama Program Pemulihan Eropa (ERP), adalah sebuah inisiatif Amerika Serikat pada 1948 untuk memberikan bantuan bagi pembangunan kembali Eropa Barat usai berakhirnya Perang Dunia Kedua.

"Komitmen kepada Ukraina sebagai anggota Uni Eropa adalah salah satu keputusan geopolitik paling penting di zaman ini," ujar Scholz.

Sebelumnya, Rusia melancarkan belasan serangan drone "bunuh diri" terhadap target-target di Ukraina pada Senin (17/10) yang menghantam infrastruktur energi dan menewaskan sejumlah warga sipil.

Ukraina mengatakan gelombang serangan itu dilakukan dengan drone Shahed-136 buatan Iran.

Namun, Teheran membantah telah memasok pesawat nirawak itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Jerman, AS sebut ancaman nuklir Rusia 'tak bertanggung jawab'
Baca juga: Jerman desak NATO lawan "delusi keagungan" Putin
Baca juga: Sejumlah kedubes Jerman kebanjiran permintaan visa dari warga Rusia

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022