Endah memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti rumput laut. Mutiara dari Lombok juga digunakan untuk masker wajah
Jakarta (ANTARA) - Pernah menjadi korban produk kecantikan berbahan merkuri dan hydroquinone pada 2010 serta kesulitan mendapatkan produk skin care alami yang aman, menjadi pendorong Endah menciptakan produk baru kecantikan.

Endah saat itu mempelajari jurnal penelitian tentang red algae serta kandungan biota laut lainnya. Ternyata bahan ini memiliki manfaat yang bagus untuk kecantikan.

Di negeri ini, kala itu, belum ada produk perawatan kulit yang mengambil DNA padahal Indonesia merupakan negara maritim dan punya banyak kekayaan alam di laut. Kompetitor produk kosmetika juga belum memanfaatkan kekayaan laut sebagai bahan produknya.

Akhirnya, wanita yang sempat menjadi dosen ini mempelajari dan memformulasikan produk berbahan biota laut. Produk pertama yang dibuatnya saat itu ialah masker rumput laut melalui platform video daring.

Salah satu produk yang pertama kali dibuat itu masker rumput laut untuk wajah dengan cara dioles. Kala itu Endah membagikan gratis kepada sahabat-sahabatnya dan ternyata mereka cocok.

Wanita bergelar magister akuntansi ini mengakui tertarik pada produk kecantikan sehingga memutuskan mempelajari formula botanika dari luar negeri secara daring pada tahun 2015. Kemudian dilanjutkan belajar lebih dalam tentang kondisi kulit kering hingga acne (estetik medik). 

Pasar kosmetika, terutama dengan target pasar kaum perempuan, memang terus tumbuh dan berkembang, termasuk di Indonesia. Kesadaran akan keamanan bahan yang digunakan menjadi salah satu kelebihan dari produk yang dikembangkan oleh Endah.

Oleh karena itu, ia optimistis produknya bakal diterima pasar lebih luas lagi setelah 12 tahun berhasil melalui pasang-surut mengelola usahanya.

​​​​​Sadar bisnis

Produknya ternyata mendapat sambutan baik dari teman-temannya. Endah lalu memberi jenama produknya GDM Natural Beauty.

“Banyak review bagus dari teman-teman. Akhirnya saya coba jual. Ada masker ukuran 100 ml dengan harga Rp75 ribu. Selama 1 tahun dulu, saya coba review tes pasar, masker skinfood premium seaweed. Itu yang dijual sejak tahun 2010 sampai sekarang, masih jadi best seller,” jelasnya.

Kemudian pada 2012, Endah memasarkan produknya melalui aplikasi Blackberry Messenger. Setiap bulan ia mampu menjual 50-100 buah. Hingga akhir tahun 2012, jenis produknya bertambah dengan memproduksi sabun muka.

Pada 2013, penjualan produk-produk racikannya tembus 1.000 buah melalui reseller (kemitraan) serta distributor serta komunitas yang bertahan hingga saat ini.

"Kemitraan jadi reseller, agen, dan distributor karena sosial media belum sebanyak sekarang, lalu kita bangun komunitas" jelasnya.

Dalam produksinya, Endah memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti rumput laut. Mutiara dari Lombok juga digunakan untuk masker wajah yang baru-baru ini diluncurkan.

Dalam pemasaran, Endah mempercayakan kepada 30 reseller yang mayoritas berasal dari komunitas. Ia juga membuat program membership dan kini telah tergabung 1.000 anggota yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Endah biasanya mengedukasi tentang bahaya merkuri, bagaimana perawatan kulit yang sehat, kemudian membentuk kesadaran bahwa produk natural ini lebih sehat, untuk investasi jangka panjang.

Ia membanderol produknya dengan kisaran harga Rp100-Rp250 ribu untuk perawatan rambut, krim wajah, serum, sabun mandi, hingga losion badan.

Pada 2017, ia menceritakan produknya mencapai masa keemasan sebab mampu menjual 3.000 hingga 5.000 produk per bulan. Namun kini pada masa pemulihan pandemi, penjualan berkutat di angka 2.000-3.000 per bulan. Adapun omzet yang diraup mencapai Rp 800 juta per bulan.

 

Modal usaha

Setelah 12 tahun menjalankan usaha produk perawatan kulit, Endah mengakui belum pernah mengajukan pendanaan alias hanya menggunakan modal pribadi.

Bermodalkan Rp500 ribu untuk membeli rumput laut pada awal Endah merintis usahanya, namun uang itu tidak langsung kembali sebab produknya diberikan kepada teman-teman sebagai tester.

Kala itu ia hanya mengandalkan uang penjualan kemudian diputar lagi untuk belanja barang hingga pada 2017 mampu membuka salon di Sukabumi, Jawa Barat, khusus untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan pasca-melahirkan agar dapat memanjakan diri serta menikmati produk buatannya.

“Bukan salon kecantikan saja yang nyambung dengan brand image kami, parenting juga, mengedukasi mereka, juga bagaimana mereka berkembang dari sisi keilmuan, pengasuhan, mental yang sehat, spiritual yang baik. Karena, cantik itu bukan sekadar luarnya, melainkan bagaimana caranya biar sehat lahir dan batin,” ujarnya.

Endah menceritakan produknya yang sudah habis masa izin dari BPOM sehingga perlu melakukan perpanjangan. Total ada 30 produk inovasi ditambah lima produk yang akan diluncurkan.

Semua itu butuh dukungan dana sehingga ia kini tengah mengusahakan mendapatkan pendanaan dari investor.

“Terutama untuk produksi. Kalau notifikasi BPOM murah, satu produk Rp2,5 juta, tapi kan pabrik ada minimum order, satu produk itu minimum 100 pieces, kalau dikalikan 30 produk biayanya cukup besar. Kami mau melegalkan produk dulu, lalu alokasikan dana untuk biaya marketing,” ungkapnya.

Ke depan, Endah berharap dapat membuka cabang salon dan spa di Jabodetabek mengingat pelanggan termasuk member-nya banyak yang tinggal di kota-kota tersebut.

Endah juga berniat membenahi sistem termasuk web untuk penjualan. Juga persiapan menuju semi-industri pada 2024, yakni membangun pabrik bermodalkan inovasi dan fomulasi produk agar dapat menekan biaya produksi.

 

 

 


Editor: Achmad Zaenal M
 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022