Jakarta (ANTARA) - PT Pos Indonesia (Persero) yakin industri logistik tetap kuat menghadapi ancaman resesi global lantaran bisnis pengiriman barang memiliki peran penting dalam setiap rantai pasok.

Direktur Bisnis Kurir dan Logistik Pos Indonesia Siti Choiriana mengatakan industri logistik selalu bertumbuh meski terdapat potensi resesi, berdasarkan pengalaman selama dua tahun pandemi yang membuat aktivitas perdagangan bergerak lambat.

"Pengalaman dulu saat pandemi, ketika semua bisnis hampir turun, logistik justru naik karena orang butuh makan, itu yang membuat logistik makin kuat," kata Choiriana dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

"Kami menyadari bahwa dengan apapun kondisi dan situasi dunia terkait resesi global itu berdampak, tapi dampaknya tidak akan terjadi di seluruh Indonesia," imbuhnya.

Sejak 2020 sampai Juli 2022, Pos Indonesia mencatatkan kinerja yang positif dengan angka pertumbuhan pangsa pasar sebesar 4,1 persen selama pandemi berlangsung. Selama dua tahun itu pangsa pasar perseroan tumbuh dari angka 3,0 persen menjadi 7,1 persen.

Pada 2020, Pos Indonesia menduduki peringkat enam secara nasional dengan pangsa pasar sebesar tiga persen. Kala itu, posisi kelima diduduki oleh TIKI dengan pangsa pasar 5 persen, lalu posisi keempat oleh Wahana dengan pangsa pasar juga 5 persen, kemudian ada SiCepat pada peringkat ketiga dengan pangsa pasar 14 persen, J&T Express posisi kedua dengan pangsa pasar 25 persen, dan JNE posisi pertama dengan pangsa pasar 48 persen.

Pada 2021, peringkat Pos Indonesia naik ke posisi kelima menggeser TIKI dengan pangsa pasar sebesar 5,1 persen. Saat itu, posisi keempat diduduki oleh Ninja Xpress dengan pangsa pasar 5,3 persen, lalu posisi ketiga ada SiCepat dengan pangsa pasar 9,3 persen, kemudian ada J&T Express pada posisi kedua dengan pangsa pasar 31,2 persen, dan JNE masih pada posisi pertama dengan pangsa pasar 33,8 persen.

Baca juga: Pos Indonesia tingkatkan layanan nilai tambah agar bisa bersaing

Hingga Juli 2022, Pos Indonesia telah berada pada peringkat keempat dengan pangsa pasar 7,1 persen. Posisi ketiga nasional duduki oleh SiCepat dengan pangsa pasar 8,0 persen, lalu ada J&T Express pada posisi kedua dengan pangsa pasar 30,7 persen, dan JNE masih menduduki peringkat pertama dengan pangsa pasar 31,6 persen.

"Kami menyakini industri logistik masih akan bertumbuh. Kami banyak mengundang beberapa expert, kami ajak bicara. Bahkan, kami ajak sesama pos di negara lain," kata Choiriana.

Beberapa waktu lalu, Pos Indonesia sempat mengirimkan tim untuk menghadiri Konferensi Serikat Pos Sedunia di Jerman dengan salah satu topik pembahasan terkait mengantisipasi berbagai tantangan ekonomi global ke depan.

Pos seluruh dunia telah bersepakat untuk memudahkan bisnis logistik di tengah ancaman resesi global agar tidak berdampak luas terhadap industri lain. Kalaupun pengaruh resesi itu nanti merambat ke industri lain, maka pos harus bisa mendorong industri lain agar membaik.

"Jadi, opportunity itu sama-sama kami cari," terang Choiriana.

Saat ini, Pos Indonesia telah melakukan berbagai langkah mitigasi dalam menghadapi ancaman resesi global mulai dari mitigasi bisnis, mitigasi pelayanan, hingga mitigasi sumber daya manusia.

Sebagai perusahaan pelat merah, Pos Indonesia harus mematuhi semua aturan yang tertera dalam Undang-Undang Perseroan sebagai perseroan terbatas, undang-undang sebagai BUMN, dan undang-undang sebagai anggota dari Kesatuan Pos Sedunia (UPU).

"Kami memberikan role mode yang baik supaya kami semakin kuat justru dalam situasi yang seperti itu. Kami telah menyiapkan berbagai langkah, sehingga mitigasi yang kami lakukan bermacam-macam dan berlapis," pungkas Choiriana.

Baca juga: Pos Indonesia jadi referensi perusahaan pos Asia Pasifik

Baca juga: Pos Indonesia tegaskan tidak naikkan tarif logistik

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022