Ubud, Bali (ANTARA News) - Myanmar menyatakan tidak mau ditekan sementara negara-negara sesama anggota ASEAN, yang telah secara terbuka menyatakan kecewa terhadap pelaksanaan peta jalan demokrasi di Myanmar, terpaksa harus mengikuti kemauan negara yang dipimpin junta militer tersebut. "Mereka (Myanmar) tidak mau ditekan. Yang mereka inginkan adalah saran. Jadi, kita memberikan saran (kepada Menlu Myanmar, red) dan berharap mereka menyampaikan kepada pemerintahnya," kata Menteri Luar Negeri Malaysia Syed Hamid Albar di Istana Tampak Siring, Gianyar, Bali, Kamis. Hamid mengatakan hal itu setelah para menteri luar negeri dari 10 negara ASEAN pada Kamis menyelesaikan pertemuan dua hari mereka (ASEAN Ministerial Retreat) di Ubud, Bali. Pertemuan tersebut membahas berbagai isu menyangkut antara lain penguatan peranan kunci ASEAN dalam hubungan dengan negara-negara mitra dialog, rencana Perancis untuk mengikat diri terhadap traktat non-agresi ASEAN, keinginan Rusia untuk menjadi anggota KTT Asia Timur, serta masalah demokratisasi di Myanmar. Kesimpulan yang dicapai dari ASEAN Ministerial Retreat tentang isu Myanmar dianggap sebagian pihak tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya bahwa pertemuan di Bali tersebut akan menghasilkan pernyataan yang lebih keras tentang Myanmar. Perkiraan itu didasarkan atas dinamika yang terlihat sehari sebelumnya (Rabu, 19/4), saat pernyataan kecewa terhadap Myanmar dilontarkan oleh para tokoh penting ASEAN, termasuk Menlu Hamid Albar, Menlu Thailand Kantathi Supamongkorn, dan Sekjen ASEAN, Ong Keng Yong. Kekecewaan tersebut terutama mengacu kepada hasil kunjungan Menlu Albar ke Myanmar pada Maret lalu sebagai utusan ASEAN. Kunjungan dianggap tidak memuaskan karena Albar antara lain tidak dapat bertemu dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses demokratisasi di Myanmar. Selama kunjungannya, ia hanya bisa bertemu dengan Perdana Menteri Soe Win dan Menlu U Nyan Win, namun tidak bisa mengadakan pertemuan dengan Aung San Suu Kyi, tokoh demokrasi yang oleh junta militer Myanmar dikenai tahanan rumah. Menlu Albar, kendati demikian, tidak menjelaskan secara rinci tentang saran-saran apa yang telah disampaikan para menteri ASEAN kepada Menlu Myanmar U Nyan Win yang juga hadir dalam ASEAN Ministerial Retreat di Bali. "Menlu (Myanmar) tampaknya mencatat apa yang kami semua sampaikan terhadap masalah tersebut dan akan menyampaikan kepada pemerintahnya," kata Albar. Menlu Hassan Wirajuda mengatakan para peserta ASEAN Ministerial Retreat sepakat bahwa ASEAN akan terus memiliki ikatan dengan Myanmar. "Betapapun paling tidak sembilan negara ASEAN sedikit banya frustrasi, tapi kecenderungan umum adalah bahwa secara kolektif atau masing-masing sebagai anggota, kita (ASEAN) akan terus melakukan `engagement` terhadap Myanmar," kata Hassan. ASEAN terdiri dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos dan Kamboja. Menlu Thailand, Kantathi Supamongkorn, yang pada Rabu (19/4) juga menyatakan kecewa terhadap Myanmar menyusul kunjungan Menlu Malaysia, terlihat melunak. Pada Kamis, ia menganggap delegasi Myanmar menunjukkan perilaku yang terbuka. "Mereka membuka pintu. Pintu itu berguna bagi kami (para Menlu, red) untuk melakukan komunikasi. Myanmar mendengarkan (masukan, red) dan kami bisa menyampaikan pandangan," katanya. Sementara itu Albar mengungkapkan bahwa dari hasil kunjungannya ke Myanmar, ia menyimpulkan bahwa Myanmar masih akan memerlukan waktu dua tahun lagi untuk dapat menyelesaikan penyusunan konstitusinya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006