Padang (ANTARA) - Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Barat berupaya menggandeng seluruh pihak untuk menurunkan angka prevalensi stunting atau bayi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi.

Sekretaris Perwakilan BKKBN Sumatera Barat Nova Dewita di Padang, Rabu, mengatakan pihaknya ditargetkan mampu menurunkan angka stunting di 2024 menjadi 14 persen dan pada 2023 di angka 16,33 persen.

Sementara pada tahun 2021 angka stunting Sumbar masih di angka 23,3 persen dan tentu ini bukan angka yang kecil dan gampang untuk dilakukan.

"Ini butuh kerja sama seluruh pihak agar angka anak-anak pendek akibat kekurangan asupan gizi dapat ditekan," kata dia.

Baca juga: BKKBN Sumbar galakkan bapak asuh cegah stunting pada anak berisiko

Baca juga: Kementerian PPN/Bappenas identifikasi penurunan stunting Sumbar


Beberapa upaya telah dilakukan dengan membentuk Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari bidan, kader PKK dan Kader KB. Mereka tersebar di seluruh desa yang ada di provinsi ini dan bertugas memberikan pendampingan kepada keluarga dalam mengantisipasi terjadinya stunting.

Mulai dari sosialisasi penyebab stunting serta upaya yang harus dilakukan keluarga dalam mengantisipasi terjadinya stunting dengan 19 indikator anak stunting itu.

Selain itu pihaknya juga membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai Wagub Sumbar Audy Djoinaldy dan untuk di kota dan kabupaten diketuai Wakil Bupati atau Wakil Wali Kota.

"Tim ini bekerja sama bersama-sama untuk menurunkan angka stunting mulai dari tingkat provinsi hingga daerah," kata dia.

Kemudian pihaknya membuat program Dahsyat yakni Dapur Sehat yang memberikan informasi serta edukasi kepada masyarakat terkait bahan makanan lokal yang dapat mencegah stunting.

"Ada juga program bapak asuh yang untuk membantu keluarga berisiko untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang terkena stunting," kata dia.

Sementara itu ahli gizi Universitas Andalas Dr Denas Symon mengatakan stunting itu berasal dari keturunan hanya 20 persen dan sisanya 80 persen akibat faktor asupan gizi yang didapatkan anak.

"Anak dikatakan stunting jika dia lahir tubuhnya memiliki panjang yang kurang dari rata-rata bayi lokal di sana. Untuk di sini batasnya panjang bayi adalah 48 sentimeter," kata dia.

Menurut dia jika bayi kurang dari 48 sentimeter maka harus dilakukan upaya agar mendapatkan asupan gizi yang mencukupi dan orang tua fokus membantu di masa 1.000 hari pertama anak.

"Anak harus mendapatkan ASI ekslusif di 6 bulan pertama dan pola asuh yang benar. Banyak persoalan yang harus dilakukan bersama untuk mencapai target meminimalkan angka stunting," kata dia.*

Baca juga: BKKBN gandeng penyuluh agama dan dai cegah stunting

Baca juga: Kanwil Perbendaharaan Sumbar jadi bapak asuh enam keluarga

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022