Jakarta (ANTARA) - Faith and Development Manager lembaga kemanusiaan Wahana Visi Indonesia (WVI) Anil Dawan mengatakan 42 persen remaja Indonesia memberikan perhatian besar pada isu-isu korupsi di Tanah Air.

"Empat puluh dua persen anak-anak remaja di Indonesia merasa korupsi merupakan isu publik yang menjadi perhatian terbesar mereka, diikuti oleh pengangguran (39 persen), pelecehan seksual (38 persen), dan kemiskinan ekstrem (35 persen)," kata Anil Dawan dalam keterangan, Jakarta, Senin.

Temuan ini, kata Anil, berdasarkan riset dari lembaga riset Barna Group.

Hasil riset tersebut memperlihatkan remaja Indonesia tertarik untuk memberikan dampak dan membuat perubahan terkait isu-isu yang mereka khawatirkan.

Baca juga: KPK ajak media dan wartawan lawan korupsi

Baca juga: Pemprov NTT targetkan penerapan pelajaran anti korupsi mulai Mei 2022


Menurut dia, sebanyak 53 persen remaja mengungkapkan bahwa mereka termotivasi untuk mengatasi ketidakadilan.

"Remaja Indonesia meyakini bahwa mereka bisa menjadi bagian dari kepedulian dan mampu untuk mengubah keadaan jika mereka dilibatkan di masa yang akan datang terkait masalah-masalah publik tersebut," katanya.

Anil Dawan menjelaskan bahwa keprihatinan remaja akan isu-isu tersebut bisa menjadi pintu masuk yang efektif untuk kampanye pencegahan kekerasan terhadap anak di kalangan remaja melalui model peer support system.

Anil menambahkan perlu adanya peran dari semua pihak, mulai dari keluarga, lingkungan, tokoh agama, hingga pemerintah untuk dapat mendukung cita-cita remaja untuk membuat perubahan positif.

Sebanyak 87 persen dari remaja yang termotivasi keadilan di Indonesia menempatkan pemerintah, sekolah, dan lembaga pendidikan sebagai pihak yang harus memainkan peran utama.

"Hal ini relevan dengan tahapan kehidupan remaja, karena bagi mereka, sekolah merupakan pusat rutinitas dan perkembangan dirinya," katanya.*

Baca juga: Deputi KPK harap mahasiswa tanamkan integritas berantas korupsi

Baca juga: Bupati Bangka ajak masyarakat lawan korupsi

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022