Pasar menghadapi tenggat waktu untuk impor minyak Rusia dari Eropa sebelum sanksi dimulai
Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Selasa sore karena kekhawatiran resesi dan memburuknya wabah COVID-19 di China memicu kekhawatiran permintaan bahan bakar yang lebih rendah, melebihi kekhawatiran pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent turun 31 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 97,61 dolar AS per barel pada pukul 04.34 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 36 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 91,43 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak mencapai level tertinggi sejak Agustus pada Senin (7/11/2022) di tengah laporan bahwa para pemimpin di China, importir minyak mentah utama dunia, sedang mempertimbangkan untuk keluar dari pembatasan ketat COVID-19 di negara itu.

Namun, pejabat kesehatan China selama akhir pekan menegaskan kembali komitmen China terhadap kebijakan ketat nol-COVID. Juga, data terakhir menunjukkan ekspor dan impor negara itu secara tak terduga mengalami kontraksi pada Oktober.

Kasus COVID meningkat tajam di Guangzhou dan kota-kota besar Cina lainnya, data resmi menunjukkan pada Selasa. Pusat manufaktur global sedang berjuang melawan gejolak terburuk yang pernah ada, menguji kemampuannya untuk menghindari penguncian seluruh kota bergaya Shanghai.

"Saya pikir penguncian yang bergulir, belum lagi menggandakan nol-COVID selama akhir pekan, tidak hanya mengguncang pasar minyak yang telah lama diposisi beli mereka terus menekan kembali narasi pembukaan kembali secara negatif untuk harga minyak," kata Stephen Innes, mitra pengelola di SPI Asset Management.

Penguatan greenback juga membebani harga minyak. Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga greenback yang lebih kuat membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Pelaku pasar akan mengamati data IHK AS minggu ini untuk isyarat perdagangan, kata analis CMC Markets Tina Teng.

"Di balik inflasi yang terus kuat dan kenaikan suku bunga di negara-negara barat utama, minyak berjangka masih memperkirakan kemungkinan resesi ekonomi global," kata Teng.

"Ini, bersama dengan perlambatan permintaan bahan bakar China, adalah alasan penurunan harga minyak berjangka dalam beberapa bulan terakhir."

Tetapi fundamental jangka pendek untuk minyak tetap bullish, dengan fokus kembali ke masalah pasokan, kata analis ANZ Research.

"Pasar menghadapi tenggat waktu untuk impor minyak Rusia dari Eropa sebelum sanksi dimulai," tambah ANZ, dikutip dari Reuters.

Larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia, yang diberlakukan sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina, akan dimulai pada 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari. Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".

Stok minyak mentah AS diperkirakan telah meningkat sekitar 1,1 juta barel pekan lalu, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (7/11/2022).

Jajak pendapat itu dilakukan menjelang laporan dari American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat (21.30 GMT), dan Badan Informasi Energi AS dijadwalkan pada Rabu pada pukul 10.30 waktu setempat (15.30 GMT).

Baca juga: Minyak naik tipis, kekhawatiran pasokan imbangi kekhawatiran resesi
Baca juga: Harga minyak jatuh di tengah sinyal kebijakan COVID China yang beragam
Baca juga: Minyak turun, harapan permintaan pudar, China tahan kebijakan COVID

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022