Transplantasi pertama ini nantinya akan jadi momen bersejarah
Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta yang menjadi pusat rujukan nasional untuk penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah mengumumkan telah memiliki layanan pengembangan transplantasi jantung.

"Kami meluncurkan pelayanan kardiovaskular di gedung baru dan kami menyampaikan kabar gembira adanya kerja sama baru dalam pengembangan pelayanan transplantasi jantung UCLA Health dan juga dengan Utrech Medical Center of Utrech di Belanda untuk mengembangkan pelayanan gagal jantung," ujar Direktur Utama RSJPDHK Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP (K) MARS dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan, Indonesia hingga kini belum memiliki pelayanan khusus untuk transplantasi jantung. Kehadiran pelayanan transplantasi dan gagal jantung ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan penderita penyakit jantung di Indonesia.

dr. Iwan mengatakan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita memiliki fasilitas lengkap untuk pelayanan transplantasi jantung serta gagal jantung mulai dari ahli jantung, pusat rehabilitasi, perawat, lab analisis, nutrisionis hingga farmasi.

Kepala Bidang Pelayanan Medik Dr. dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K). mengatakan pelayanan transplantasi jantung bersifat mendesak. Sebab, dari lima kasus gagal jantung yang hadapi, empat di antaranya tidak tertolong.

"Kita satu-satunya di Asia yang belum memiliki pelayanan transplantasi, bahkan Thailand sudah ada," kata Isman.

Lebih lanjut, Isman menjelaskan bahwa Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sudah sangat siap untuk melakukan transplantasi jantung, mulai dari operasi, tatalaksana, pengobatan dan observasi. Dia juga meminta dukungan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, komunitas hingga swasta untuk bekerja sama dalam menyiapkan pendonor.

Sementara itu, dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Dr. dr. Dudy Arman Hanafy, Sp.BTKV (K)-D,MARS mengatakan transplantasi jantung berbeda dengan tranplantasi ginjal yang bisa dilakukan pada orang dalam kondisi sehat bugar.

Pada transplantasi jantung, pendonor harus dalam keadaan mati otak/mati batang otak atau yang sedang menghadapi maut namun kondisi jantungnya masih normal. Oleh sebab itu, transplantasi jantung tidak bisa dijadwalkan layaknya operasi biasa.

"Transplantasi pertama ini nantinya akan jadi momen bersejarah. Tapi kita enggak tahu kapan akan melakukannya karena ini bukan kayak transplantasi ginjal atau paru, kita harus menunggu pendonornya sedang menghadapi maut atau ada pasien yang mau mendonorkan," ujar dr. Dudy.

Baca juga: Pasien pertama transplantasi jantung babi ke manusia meninggal

Baca juga: Pasien transplantasi jantung 'terlahir' kembali bersama sang putra

Baca juga: RS Harapan Kita rawat 29 pasien COVID-19

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022