Kami butuh formula karet yang diinginkan oleh user. Jadi kalau user menginginkan karet yang kualitas, ketahanan suhu, dan kekuatannya life time,
Bandung (ANTARA) -
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Barat, PT Agronesia menjalin kerja sama dengan Pusat Riset Material Maju Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tentang riset dan inovasi barang teknik karet bidang perkeretaapian.
 
"Kerja sama antara kami dengan BRIN sangat penting untuk meningkatkan kemampuan serta kualitas karet yang dihasilkan Inkaba yang merupakan salah satu unit bisnis PT Agronesia," kata Direktur Utama PT Agronesia M. Deddy Gamawan, di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
 
Penandatanganan perjanjian kerja sama dilakukan oleh Direktur Utama PT Agronesia M Deddy Gamawan dan Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN Wahyu Bambang Widayatno di West Java Investment Hub, Kota Bandung.
 
"Kami butuh formula karet yang diinginkan oleh user. Jadi kalau user menginginkan karet yang kualitas, ketahanan suhu, dan kekuatannya life time," katanya.

Baca juga: BRIN: Rumah prisma tingkatkan kadar litium di limbah tambak garam
 
Deddy menuturkan, dari kolaborasi ini, formula atau campuran hasil dari BRIN disampaikan kepada PT Agronesia untuk selanjutnya diolah oleh Inkaba.
 
"Jujur kami harus kerja sama dengan BRIN, karena BRIN yang bisa mengatur formula-formulanya, campuran-campuran karet. Inilah yang kami butuhkan, nanti BRIN yang menyampaikan kepada kami dan nanti kami olah. Jadi formulanya dari BRIN," tuturnya.
 
Selain dengan BRIN, PT Agronesia juga menjalin kerja sama dengan Politeknik ATK Yogyakarta. Penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan oleh Deddy dan Direktur Politeknik ATK Yogyakarta Sugiyanto.
 
Kerja sama tersebut lebih difokuskan pada kebutuhan pegawai dan kebutuhan mahasiswa untuk magang di Inkaba.
 
"Kami membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang notabene siap pakai, makanya kami berkolaborasi dengan politeknik," ujar Deddy.
 
"SDM kami yang berusia 40-50 tahun sekitar 50 persen, di atas 50 tahun 30 persen dan usia di bawah 40 tahun sekitar 20 persen," tambahnya.
 
Rencananya, kerja sama ini akan berlangsung selama satu tahun, dan bisa diperpanjang hingga lima tahun tergantung kebutuhan ke depan.

Baca juga: Wamenkeu : Hilirisasi industri bakal dorong ekonomi domestik
 
Deddy berharap, dengan kerja sama tersebut, Inkaba bisa memenuhi sebagian besar kebutuhan perusahaan atau industri yang menggunakan material karet produk dalam negeri, sesuai harapan Presiden Joko Widodo.
 
"Sesuai semangat Presiden Pak Jokowi, industri yang menggunakan bahan karet bisa memilih kami, agar bisa menyediakan sparepart dari kami. Kami bisa 10 hingga 20 persen dulu. Kalau harapan Pak Jokowi besarnya tingkat komponen dalam negeri (TKDN) itu minimal 30 persen," kata Deddy.
 
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN Ratno Nuryadi menegaskan bahwa perjanjian kerja sama tersebut merupakan salah satu bentuk kolaborasi yang sudah dilaksanakan oleh para periset sebelumnya.
 
"Harapannya terus berlanjut dan perjanjian kerja sama ini tidak seremonial, tapi bisa diimplementasikan di lapangan, diaplikasikan di lapangan," ujarnya.

Baca juga: Pemkot Surabaya dan ITS berkolaborasi manfaatkan inovasi teknologi
 
Ratno mengaku senang dengan kolaborasi ini dan ke depan bisa melibatkan unit lain dan tidak hanya unit riset yang ada di BRIN, sehingga bisa menghasilkan inovasi yang lebih baik.
 
"Harapannya, riset dan inovasi ke depan sebagai pendorong untuk mandiri. Dan bahan lokal, sumber daya lokal bisa dimanfaatkan dan tidak impor," katanya.
 
Direktur Politeknik ATK Yogyakarta Sugiyanto berharap, nota kesepahaman ini bisa saling menguntungkan kedua belah pihak.
 
"Mahasiswa yang praktik di Inkaba sudah ada, riset dosen dan ilmunya bisa digunakan di Inkaba. Dan kerja sama ini bisa berkelanjutan," katanya.
 
 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022