Jakarta (ANTARA) - Skrining diabetes perlu dilakukan oleh orang gemuk disertai satu atau lebih faktor risiko untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut, kata Sekretaris Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) DR. Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD.

"Faktor risiko seperti kurang aktivitas fisik dan keturunan diabetes melitus dalam keluarga," kata Wismandari di Jakarta, Rabu.

Dia memaparkan faktor risiko yang harus diwaspadai, yakni adanya riwayat melahirkan bayi dengan berat badan di atas 4 kilogram atau riwayat diabetes melitus gestasional, orang dengan hipertensi atau mendapat terapi hipertensi.

Baca juga: BRIN teliti biosimilar insulin untuk ciptakan obat diabetes

Faktor risiko lain adalah adanya riwayat prediabetes, obesitas berat, riwayat penyakit kardiovaskular dan perempuan dengan sindrom polikistik ovarium.

Selain orang gemuk, di mana Indeks Massa Tubuh ≥23 kg/m2, skrining diabetes juga perlu dilakukan oleh orang berusia di atas 45 tahun meski tidak memiliki faktor risiko.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi ke-5 di dunia yaitu sebesar 19,5 juta (10,6 persen) dan angka ini diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 28,6 juta pada 2045.

Diabetes adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.

Gaya hidup di mana aktivitas fisik kurang ditambah diet tinggi lemak dapat mengakibatkan diabetes. Penyakit ini belum bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan.

Permasalahan yang ada saat ini terkait penyakit diabetes adalah sebagian besar (sekitar 3 diantara 4 orang) penderita diabetes tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit diabetes dan kurangnya kesadaran terhadap kontrol berkala. Akibatnya, penyakit kerap ditemukan pada tahap lanjut atau sudah disertai komplikasi.

"Jangan tunggu sampai neuropati atau sakit jantung, harus periksa sebelum itu," katanya.

Orang dengan diabetes memiliki risiko komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, arteri perifer, retinopati diabetik, nefropati diabetik dan neuropati.

Komplikasi diabetes, selain dapat menimbulkan kematian, juga dapat mengurangi kualitas hidup, contohnya gangguan neuropati diabetik yang dapat membuat penderita tidak menyadari bila ada luka pada tubuhnya.

"Oleh karena itu, orang dengan diabetes harus teratur melakukan konsultasi atau kontrol ke dokter, patuh pada rekomendasi penanganan yang diberikan oleh dokter dan melakukan deteksi dini risiko penyakit penyerta," jelas dia.

Baca juga: Tanggulangi diabetes lewat pengelolaan komprehensif

Baca juga: Mengapa makanan dan minuman manis bikin ketagihan?

Baca juga: Dokter: Batasi asupan gula maksimal empat sendok makan sehari

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022