Harus jadi konsumen yang bijak
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Gizi Klinik (Konsultan) Wina Sinaga tidak menyarankan masyarakat mengonsumsi pil yang menambah frekuensi buang air kecil dan buang air besar untuk menurunkan berat badan.
 

“Misalnya suplemennya itu bahan-bahan tertentu yang dapat menyebabkan orang jadi buang air besar lebih banyak atau buang air kecil lebih banyak dengan harapan berat badannya turun, itu salah,” katanya dalam Webinar HUT 103 RSCM yang ditayangkan melalui Instagram RSCM Kencana, Rabu.
 

Wina menuturkan tujuan dari program penurunan berat badan yang tepat adalah terjadinya penurunan lemak, bukan penurunan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Sebagai konsumen yang cerdas, lanjutnya, masyarakat harus mengetahui kandungan dari pil atau suplemen penurun berat badan yang akan dikonsumsi, ujarnya.

Selain itu, konsumen juga harus mengetahui cara kerja dari suplemen tersebut.


Baca juga: Pasien COVID-19 tetap bisa lakukan diet penurunan berat badan

Baca juga: Tiga hal yang belum Anda tahu yang tentukan keberhasilan diet

 

“Misalnya dikatakan ada suplemen yang mengklaim dapat membantu program penurunan berat badan, boleh dicari tahu isinya apa, kemudian masuk akal atau enggak, bagaimana cara kerjanya,” ucapnya.
 

Namun, jika suplemen tersebut mengandung serat tinggi, maka suplemen tersebut bisa dikonsumsi karena serat dapat meningkatkan rasa kenyang yang menyebabkan seseorang tersebut mengurangi porsi makan dan mengemil.
 

“Kemudian harus dilihat batasannya berapa lama dan akibatnya bagaimana. Bukan berarti tidak boleh untuk mengonsumsi suplemen untuk menurunkan berat badan, tapi harus jadi konsumen yang bijak,” tegasnya.
 

Kendati demikian, lanjutnya, program penurunan berat badan tidak membutuhkan suplemen. Hal terpenting adalah menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi dan jenis makanan yang mampu memberikan dampak kenyang lebih lama.
 

Lebih lanjut Wina menyampaikan program penurunan berat badan bisa dimulai dengan mengganti ukuran piring yang dipakai, misalnya dari ukuran 20-22 centimeter menjadi 15-18 centimeter.

Kemudian, 2 per 3 bagian kiri piring diisi dengan karbohidrat tinggi serat seperti nasi merah atau nasi gandum. Lalu 2 per 3 bagian kanan diisi dengan lauk pauk dan sisanya buah-buahan.
 

“Perlu di-review kembali pengetahuan kita akan karbohidrat sebagai sumber energi, sayur-sayuran dan buah-buahan, misalnya kentang ditempatkan sebagai pengganti nasi kalau misalnya mengkonsumsi nasi dengan kentang itu kurang bijaksana,” jelas dia.

Baca juga: Beda puasa intermiten dan asupan rendah karbohidrat untuk diet

Baca juga: Jus seledri ampuh turunkan berat badan?

 

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022