Jakarta (ANTARA) - Pemerintah berusaha menangani neuropati diabetik dengan bekerjasama dengan organisasi profesi, kata Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan dr. Esti Widiastuti M, MScPH.

"Pada neuropati diabetik, pemerintah bekerjasama dengan organisasi profesi telah menyusun upaya tata laksana mengurangi nyeri karena neuropati diabetik," kata Esti di Jakarta, Rabu.

Neuropati diabetik adalah kerusakan saraf tepi seperti mati rasa, kesemutan, sensasi panas atau terbakar, dan nyeri pada penderita diabetes. Kerusakan saraf di tubuh bisa terjadi akibat kadar gula darah yang tinggi.

Baca juga: Dokter: Batasi asupan gula maksimal empat sendok makan sehari

Esti menjelaskan nyeri neuropati diabetik kerap menimbulkan keluhan tidak hanya fisik, namun juga memengaruhi suasana hati dan kualitas hidup penderita diabetes. Nyeri yang berlangsung kronik bahkan dapat menyebabkan timbulnya keluhan depresi pada pasien.

"Dengan tata laksana ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang dengan diabetes," ujar dia.

Esti mengatakan peningkatan angka orang dengan diabetes memprihatinkan di Indonesia.

Jumlah orang dengan diabetes terus meningkat dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada tahun 2021 naik dari peringkat tujuh ke peringkat lima untuk jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.

Angka ini diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 28,6 juta pada 2045.

Selain itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang termasuk ke dalam daftar 10 negara dengan penderita diabetes tertinggi di dunia.

Sebanyak satu dari dua pasien diabetes menderita neuropati perifer yang merupakan salah satu faktor yang mengganggu kualitas hidupnya.

Menurut International Diabetes Federation (IDF) Atlas edisi ke-10, saat ini setidaknya 1 dari 10 orang atau sebanyak 537 juta orang di dunia hidup dengan diabetes. Apabila tidak ada intervensi, angka ini diproyeksikan akan meningkat, mencapai 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.

Baca juga: Dokter: Komplikasi diabetes dapat sebabkan neuropati

Baca juga: Ahli: Skrining diabetes perlu untuk orang gemuk disertai faktor risiko

Baca juga: Tanggulangi diabetes lewat pengelolaan komprehensif

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022