Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional RSAB Harapan Kita dr. Syahminar Rahmani, Sp.A mengingatkan rehidrasi (cairan) merupakan paling yang paling penting dalam mengatasi diare pada anak.

"Terdapat lima pilar dalam tatalaksana atau penanganan diare, dalam hal ini diare pada anak. Pertama yang paling penting adalah rehidrasi (cairan). Kedua, pemberian zinc. Ketiga, pemberian nutrisi. Keempat, antibiotik pada kondisi tertentu. Kelima adalah edukasi,” kata Syahminar dalam bincang virtual yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan pemberian cairan yang cukup penting untuk dilakukan pada anak tanpa gejala dehidrasi untuk mencegah dehidrasi. Ketika anak diare, air beserta elektrolit ikut keluar dari dalam tubuh sehingga dibutuhkan cairan yang mengandung elektrolit untuk mengembalikan cairan yang sudah terbuang.

“Ada namanya cairan rehidrasi oral atau cairan oralit untuk anak. Itu memang osmolaritasnya atau sediaan itu dibuat sedemikian rupa yang sesuai dengan usus anak, jadi jangan pakai yang lain-lain atau minuman isotonik lain. Ada juga yang dalam bentuk seperti botol infus, itu cairan memang dikhususkan untuk anak,” kata Syahminar.

Baca juga: Kenali lima lintas diare menurut WHO

Baca juga: Dokter : Infeksi jadi penyebab paling sering terjadi diare pada anak 


Menurut dia, prinsip pemberian cairan oralit adalah sebanyak yang anak inginkan hingga diare berhenti. Namun, imbuh Syahminar, terdapat pula panduan medis supaya memudahkan penggunaan.

Cara penggunaan cairan oralit dalam bentuk kemasan sachet yaitu diencerkan dan dilarutkan dalam 200 cc air. Cairan ini diminum sesuai dengan volume kebutuhan anak.

Syahminar mengatakan cairan oralit juga bisa dibuat sendiri oleh orang tua di rumah. Caranya, air sebanyak 200 cc ditambah garam seperempat sendok makan dan ditambah gula satu sendok makan.

“Usia kurang dari dua tahun dikasihnya 50-100 ml setiap anak diare. Anak di atas dua tahun sampai 10 tahun itu bisa sampai 100-200 cc. Kemudian di atas 10 tahun, anaknya bisa minum sebanyak yang dia mau. Itu ada panduannya untuk memudahkan saja,” jelasnya.

Selanjutnya selain pemberian cairan, hal lain yang perlu diperhatikan dalam penanganan diare yaitu pemberian zinc. Syahminar mengatakan obat ini dapat dibeli di apotek namun jika orang tua ragu sebaiknya berkonsultasi juga ke fasilitas kesehatan.

“Zinc itu gunanya untuk mempercepat atau memperbaiki penyembuhan saluran cerna. Jadi dikasihnya itu selama 10 hari, dengan dosisnya untuk (usia) di bawah 6 bulan itu 10 mg, (usia) di atas 6 bulan 20 mg. Dikasihnya sekali sehari,” katanya.

Prinsip lain yang tak kalah penting yaitu kecukupan nutrisi selama anak diare dan setelah anak diare, menurut Syahminar agar orang tua menerapkan small frequent feeding atau pemberian makan dalam porsi sedikit namun sering dalam sehari apabila nafsu makan anak berkurang.

“Kemudian pasti kan diare itu berat badannya berkurang, kita harus mengejar ketinggalannya itu sampai satu-dua minggu setelah diarenya berhenti. Jadi tetap makannya juga harus lebih sering,” imbuh dia.

Prinsip selanjutnya yaitu pemberian antibiotik apabila dibutuhkan misalnya anak keracunan makanan, bergejala buang air besar dengan lendir yang banyak atau berdarah. Syahminar menegaskan pemberian antibiotik harus melalui konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Prinsip terakhir yaitu edukasi. Syahminar menggarisbawahi pentingnya edukasi mengenai tanda-tanda diare, terutama dehidrasi yang berpotensi mengarah ke kondisi perburukan.

 Orang tua harus mampu mengenali tanda-tanda bahaya tersebut sehingga penanganan lebih dini bisa dilakukan segera setelah anak dibawa ke fasilitas kesehatan.

Baca juga: Dokter: Waspada dehidrasi pada anak diare yang bisa sebabkan kematian

Baca juga: Dokter: Gejala awal hepatitis nyeri perut hingga diare
​​​​​​​

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022