Pertama, kami akan membebaskan bea masuk impor kedelai. Saat ini sebesar 5 persen dan akan di nol persenkan, yang akan berlaku secepatnya,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan mengeluarkan tiga upaya untuk menstabilkan harga kedelai di pasaran Indonesia.

"Pertama, kami akan membebaskan bea masuk impor kedelai. Saat ini sebesar 5 persen dan akan di nol persenkan, yang akan berlaku secepatnya," kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Rabu.

Bayu mengatakan, hal itu tidak akan berlaku selamanya dan diharapkan berlaku pada Agustus hingga Desember 2012 untuk melindungi petani kedelai lokal.

Upaya kedua, pemerintah ingin memfasilitasi koperasi perajin tempe dan tahu agar bisa melakukan impor bahan baku kedelai secara mandiri.

"Selama ini izin impor sifatnya terbuka dan dipegang oleh swasta. Untuk mengurangi biaya distribusi dan margin, kami akan mendorong koperasi tahu dan tempe untuk melakukan impor sendiri," kata Bayu.

Dia juga menjelaskan perajin nantinya dipersilakan bekerja sama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) sehingga dengan sejumlah upaya tersebut perajin berkemampuan mendapatkan kedelai yang paling murah.

Kemudian upaya ketiga yang direncanakan oleh Kemendag adalah mendorong produksi kedelai dalam negeri agar dapat mencukupi kebutuhan perajin tempe dan tahu serta produk turunan kedelai lokal.

"Ada sejumlah langkah yang telah pemerintah siapkan seperti memanfaatkan lahan yang telantar," kata dia.

Menurut Bayu, harga rata-rata kedelai dunia yang meningkat, pada Juni 2012 sekitar 520 dolar AS per ton, sedangkan pada Januari 2012 sekitar 435 dolar AS per ton, disebabkan oleh anomali cuaca di sejumlah negara pengimpor kedelai.

"Situasi ini dialami oleh semua negara, ini faktor dari ketidakpastian iklim," kata Bayu.

Situasi tersebut menyebabkan perajin tahu dan tempe kesulitan menyesuaikan harga di saat harga kedelai naik secara laten.

Kebutuhan kedelai dalam negeri per tahun sekitar 2 juta ton di luar kebutuhan pangan.

Sedangkan produksi kedelai dalam negeri baru bisa menghasilkan sekitar 800 ribu ton dan sisanya masih mengimpor dari Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina.

(B019/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012