Jakarta (ANTARA) - Proyek-proyek Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) China telah memainkan peran penting dalam membantu negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk memperluas jalan pembangunan dan menumbuhkan perekonomian, menurut para pejabat dan pakar ASEAN.

Kao Kim Hourn, menteri di bawah perdana menteri Kamboja, mengatakan bahwa BRI merupakan salah satu kerangka kerja penting yang membantu Kamboja menarik investasi untuk pembangunan infrastruktur.

"Sebagai negara yang sangat menderita akibat perang dan konflik, infrastruktur kami lemah. Oleh karena itu, kami membutuhkan investasi di antaranya untuk membangun jalan, jembatan, dan pelabuhan," ujarnya kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini. "BRI menjadi salah satu prioritas utama bagi Kamboja untuk mengembangkan infrastruktur kami."

Kim Hourn, yang akan mengambil alih jabatan sekretaris jenderal ASEAN pada Januari 2023, mengatakan bahwa BRI telah memberikan manfaat yang luar biasa tidak hanya bagi Kamboja, tetapi juga bagi semua negara yang berpartisipasi.

"Kamboja, sebagai negara penghasil beras dalam jumlah besar dan berkontribusi dalam menjamin ketahanan pangan, juga membutuhkan investasi dalam sistem irigasi, dan proyek infrastruktur seperti ini membutuhkan banyak modal, sehingga BRI merupakan kerangka kerja yang dapat membantu kami menarik investor," ujarnya.
 
   BRI, yang terdiri dari Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, diusulkan oleh China pada 2013 untuk membangun jaringan perdagangan dan infrastruktur yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Afrika di sepanjang jalur perdagangan Jalur Sutra kuno dan selebihnya.


Vasim Sorya, Juru Bicara sekaligus Wakil Sekretaris Negeri Kementerian Pekerjaan Umum dan Transportasi Kamboja, mengatakan bahwa berbagai mega proyek BRI di Kamboja, termasuk Zona Ekonomi Khusus Sihanoukville, pembangkit listrik tenaga air, Jalan Tol Phnom Penh-Sihanoukville, Bandar Udara Internasional Siem Reap baru, Morodok Techo National Stadium, serta jalan dan jembatan, sangat bermanfaat bagi pembangunan sosial-ekonomi Kamboja.

"Proyek-proyek tersebut telah dan akan terus memberikan banyak manfaat nyata bagi perekonomian dan rakyat Kamboja," ujarnya kepada Xinhua. "Proyek-proyek BRI di sini (bersifat) tulus dan tanpa pamrih, dan tujuannya adalah membantu meningkatkan pembangunan sosial-ekonomi kami serta meningkatkan mata pencaharian masyarakat kami."
 
    Sebagai contoh, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang menghubungkan BRI China dan strategi Poros Maritim Dunia (Global Maritime Fulcrum) Indonesia, diperkirakan akan mulai beroperasi pada Juni 2023. 


Joseph Matthews, seorang profesor senior di BELTEI International University di Phnom Penh, mengatakan bahwa BRI telah memainkan peran yang sangat penting dalam membantu negara-negara meredam dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19.

"BRI masih menjadi kekuatan pendorong untuk terus memperluas kerja sama di antara negara-negara di kawasan dan dunia pada umumnya bagi upaya perdamaian, keamanan, kemakmuran, dan pembangunan berkelanjutan," ujarnya kepada Xinhua. "BRI menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi global."

Negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Laos, Thailand, Indonesia, dan Malaysia juga telah menerima banyak manfaat dari BRI, kata Matthews.

Jalur Kereta China-Laos, sebuah proyek penting dalam kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra yang berstandar tinggi, membentang sepanjang 1.035 km, termasuk 422 km di Laos, dari Kota Kunming di Provinsi Yunnan, China barat daya, hingga Vientiane, ibu kota Laos. Jalur kereta tersebut mulai beroperasi pada Desember 2021.

"Saya bepergian ke Provinsi Oudomxay menggunakan kereta itu. (Perjalanannya) hanya membutuhkan waktu dua jam lebih dan sangat nyaman," ujar Bounleuth Luangpaseuth, Wakil Presiden Kamar Dagang dan Industri Nasional Laos, kepada Xinhua.
 
   Sebagai sebuah proyek docking antara BRI dan strategi Laos untuk bertransformasi dari sebuah negara yang terkurung daratan menjadi sebuah pusat yang terhubung via jalur darat, jalur kereta itu akan memangkas waktu perjalanan antara Vientiane dan Kunming menjadi sekitar 10 jam. 


"Jalur Kereta Laos-China mengubah Laos dari sebuah negara yang terkurung oleh daratan menjadi pusat yang terhubung via jalur darat di kawasan ini. Jalur kereta tersebut akan menjadi bagian penting dari infrastruktur yang meningkatkan konektivitas transportasi negara itu dengan wilayah-wilayah lain di kawasan ini," kata Luangpaseuth.

Ia menegaskan jalur kereta itu akan memainkan peran yang penting dan positif dalam mendorong perdagangan dan investasi di Laos, serta akan menciptakan ribuan lapangan pekerjaan lokal.

Dalam sesi wawancara dengan Xinhua, Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Indonesia Tionghoa (PERPIT) Abdul Alek Soelystio mengatakan bahwa kemitraan strategis komprehensif China-ASEAN mewakili kerja sama yang lebih erat, berlevel lebih tinggi, dan memiliki cakupan yang lebih luas antara kedua belah pihak.

"Kerja sama antara China dan ASEAN tidak akan terbatas di bidang perdagangan barang, tetapi akan diperluas ke kerja sama yang lebih erat dan lebih profesional di bidang perdagangan jasa di masa mendatang," tutur pengusaha itu.

Dari sudut pandangnya, China telah secara efektif mendukung pembangunan ekonomi ASEAN melalui BRI, kerja sama global dalam hal rantai industri dan rantai pasokan, serta berbagai kebijakan yang menguntungkan dari Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN.
 
   Dengan kecepatan yang dirancang mencapai 80 km per jam, setiap rangkaian kereta memiliki empat gerbong yang mampu mengangkut hingga 1.000 orang.


Sebagai contoh, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang menghubungkan BRI China dan strategi Poros Maritim Dunia (Global Maritime Fulcrum) Indonesia, diperkirakan akan mulai beroperasi pada Juni 2023. 

Dengan kecepatan yang dirancang mencapai 350 km per jam, proyek KCJB yang dibangun dengan teknologi China tersebut akan memangkas waktu perjalanan antara Jakarta dan Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, dari tiga jam lebih menjadi sekitar 40 menit.

Contoh lain dari proyek BRI yang bersinergi dengan skema pembangunan negara ASEAN dapat ditemukan di Hanoi, ibu kota Vietnam, kota yang dipenuhi jutaan sepeda motor dan mobil, dengan para komuter yang mendambakan alternatif dalam hal lalu lintas.

Dibangun oleh China Railway Sixth Group dan sebagai proyek penting dari sinergi rencana "Dua Koridor dan Satu Lingkaran Ekonomi" Vietnam dan BRI, jalur Cat Linh-Ha Dong, yang membentang sepanjang lebih dari 13 km dengan 12 stasiun yang mencakup tiga distrik di Hanoi, telah mengangkut sekitar 7,2 juta orang sejak November tahun lalu.

Dengan kecepatan yang dirancang mencapai 80 km per jam, setiap rangkaian kereta memiliki empat gerbong yang mampu mengangkut hingga 1.000 orang.
 
  Surat kabar lokal Vietnam News melaporkan bahwa rata-rata 32.000 penumpang memanfaatkan jalur tersebut setiap hari, dan 70 persen penumpang menggunakan tiket bulanan


Seperti banyak ibu kota lainnya, Hanoi mencatat adanya penumpang dalam jumlah besar, yang sebagian besar merupakan pekerja dan pelajar, pada jam sibuk, serta pencemaran lingkungan dan kemacetan lalu lintas yang parah, sehingga pengembangan sistem kereta diperlukan, papar Vu Hong Truong, CEO Hanoi Metro, badan usaha milik negara di bidang pengoperasian dan pemeliharaan kereta.

Surat kabar lokal Vietnam News melaporkan bahwa rata-rata 32.000 penumpang memanfaatkan jalur tersebut setiap hari, dan 70 persen penumpang menggunakan tiket bulanan Jalur Cat Linh-Ha Dong telah mengurangi kemacetan lalu lintas di Hanoi secara bertahap, imbuhnya.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022