Politik populis Trump memang disantap pemilih-pemilih pasti Republik, tetapi pemilih yang belum menentukan pilihan atau "swing voter" menolaknya

Ukraina dan Putin

Hasil pemilu sela di AS juga bisa mempengaruhi sejumlah negara, di antaranya Ukraina dan Rusia.

Ukraina khawatir perubahan besar dalam legislatif AS akan merusak komitmen AS kepada mereka, mengingat sejumlah tokoh Republik sudah menyuarakan keinginan menarik AS dari perang Ukraina dan beranggapan dukungan kepada Ukraina haruslah bukan bantuan tanpa syarat.

Sementara bagi Presiden Rusia Vladimir Putin, kemenangan Republik bisa membuat perubahan besar dalam kebijakan AS di Ukraina yang menguntungkan posisi Rusia yang tengah terdesak di Ukraina dan beberapa jam lalu kehilangan lagi daerah pendudukan terpenting di kota Kherson.

Perubahan besar dalam peta kekuatan legislatif AS dengan motor utama Donald Trump, diyakini Putin bakal membuat tangan AS terbelenggu sehingga Ukraina kehilangan suporter terbesarnya.

Ternyata hasil pemilu sela tidak sesuai harapan Putin. Trump gagal menggiring rakyat AS dalam mengerdilkan suara Demokrat.

Putin juga melihat sinyal memudarnya Trump dan garis politik populisnya yang ramah kepada posisi politik Putin. Ini jelas tak menguntungkan posisi presiden Rusia itu, khususnya dalam kaitan dengan Ukraina.

Biden mungkin akan terus bertarung dengan DPR dalam komitmennya membantu Ukraina, namun pertarungan itu tak akan banyak mengubah kebijakan AS untuk Ukraina.

Sebaliknya, jika Republik mendorong AS keluar dari konflik Ukraina, maka itu sama artinya dengan bunuh diri politik, mengingat 70 persen rakyat AS menginginkan negaranya membantu Ukraina. Jika fakta ini diabaikan, Republik harus siap-siap melupakan kemenangan dalam pemilu 2024.

Dalam matra-matra kebijakan lain, termasuk ekonomi, selisih suara yang tipis dalam pemilu sela 2022 membuat ruang untuk kompromi dan saling memberikan konsesi menjadi semakin besar. Apalagi presiden AS memilik hak veto terhadap prakarsa-prakarsa legislatif dan juga putusan yudikatif.

Biden memiliki hak veto untuk fatwa larangan aborsi yang dibuat MA, walaupun pemimpin AS biasanya memegang etika kekuasaan dengan tak sembarangan menggunakan hak veto, kecuali atas mandat mayoritas rakyat.

Intinya, memang tengah terjadi pembalikan kekuasaan dalam DPR, tetapi itu tak akan terlalu mengganggu kerja pemerintahan Biden, termasuk kebijakan luar negerinya.

Kabar menarik lainnya adalah populisme yang kerap meninggikan politik identitas, ternyata tak begitu laku di AS.


Baca juga: Wall Street ditutup anjlok, Indeks Dow Jones jatuh hingga 646,89 poin
Baca juga: IHSG ditutup naik di tengah pasar cermati hasil pemilu sela AS

 

Copyright © ANTARA 2022