Banda Aceh (ANTARA News) - Pemerintah kemungkinan besar akan menyerahkan 77 orang manusia perahu asal Myanmar yang kini berada di Sabang (Pulau weh), Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), kepada Badan PBB yang menangani masalah pengungsi (UNHCR) untuk dipulangkan ke negara asalnya. "Kita akan serahkan masalah manusia perahu itu ke pihak UNHCR. Nanti mereka yang mengurusi masalah kepulangannya," kata Kepala Divisi Keimigrasian Kanwil Departemen Kehakiman dan HAM Provinsi NAD, W. Setiawan, Bc.In di Banda Aceh, Selasa, menanggapi nasib 77 manusia perahu asal Myanmar tersebut. Sebelumnya diberitakan, 77 manusia perahu yang semuanya laki-laki beragama Islam itu terdampar di Pulau Rondo sekitar 18 mil laut dari Sabang, pada Jumat (21/4) dalam pelayaran menuju Malsyaia, dan baru berhasil dievakuasi ke Sabang pada Senin (24/4). Setiawan menyatakan, puluhan manusia perahu tersebut kini ditampung di salah satu gudang milik Pangkalan Laut (Lanal) Sabang, dan dibantu masalah obat dan makanan dari Palang Merah Indonesia (PMI) dan Pemko Sabang. Kondisi kesehatan mereka kini berangsur stabil, setelah hampir satu minggu mereka berada di tengah laut, sehingga kedinginan yang luar biasa, katanya. Setiawan menyatakan, pihaknya kini telah meminta keterangan dari para manusia perahu yang diwakili salah seorang dari mereka yang kebetulan bisa berbahasa Indonesia. Dari keterangan itu diketahui bahwa manusia perahu itu ingin berlayar menuju Malaysia untuk mencari penghidupan yang layak, karena di negaranya mereka disisihkan sehingga sangat sulit mencari nafkah, katanya. "Bila dilihat dari kesulitan mereka, bisa saja digolongkan sebagai pengungsi, sehingga penanganannya kita serahkan kepada UNHCR, nanti lembaga PBB tersebut yang mengurusi kepulang mereka ke negara asalnya atau negara tujuan lain," katanya. Disebutkan, manusia perahu yang semuanya laki-laki itu berumur antara 20 hingga 46 tahun dan terdapat dua remaja berumur 16 tahun. Sementara itu, Komandan Lanal Sabang, Kolonel Laut (P) Aswoto Saranang, menjelaskan sebanyak 77 warga asal Rohinga, Myanmar itu ditemukan terdampar oleh nelayan tradisional asal Sabang di kawasan Pulau Rondo atau sekitar 18 mil dari Kota Sabang. Kemudian, orang asing yang mayoritas beragama Islam itu digiring ke pangkalan TNI AL Senin, pukul 19.00 WIB. "Atas laporan nelayan, TNI AL mengerahkan pesawat Nomed dan kapal patroli untuk melakukan identifikasi atas informasi tersebut. Setelah kami cek ternyata benar dan ke-77 warga asing itu kami giring ke pangkalan di Sabang," tambahnya. TNI AL melakukan pemeriksaan identitas dan kesehatan terhadap warga Myanmar tersebut dibantu oleh PMI. Ke-77 warga asing itu menggunakan satu unit perahu berukuran sekitar 10x3 meter bermesin 22 PK. "Mereka tidak memiliki identitas apapun. Mereka mengaku keluar dari negaranya untuk mencari pekerjaan dan tidak tahu kalau mereka sudah terdaampar di perairan laut Indonesia (Sabang)," kata Dan Lanal mengutip pernyataan warga Myanmar itu. Sementara itu, staf Pemerintah Kota Sabang, Adnan Hasyim, menjelaskan berdasarkan keterangan dari salah seorang dari 77 orang manusia perahu itu mengatakan mereka berangkat dengan perahu dari negaranya pada 15 April 2006 dengan tujuan utama Malaysia untuk mencari pekerjaan. "Keterangan salah seorang warga Myanmar yakni Nurul Amin (35), mereka terpaksa keluar dari negaranya karena sulit memperoleh pekerjaan. Tujuan utama adalah Malaysia, namun karena cuaca tidak mendukung, maka perahu mereka terombang-ambing di tengah laut yang akhirnya terdampar di pulau Rondo tanpa penghuni," tambahnya. Nurul Amin seorang diantara puluhan warga Myanmar yang bisa berbahasa melayu. Bahkan, Nurul Amin mengaku akibat kesulitan hidup di negaranya maka ia sudah 15 tahun tidak bisa bertemu dengan keluarganya, sehingga ia memutuskan untuk merantau ke negara lain, ujar Adnan mengutip warga Myanmar itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006