Bali (ANTARA) - Puncak Forum Business 20 (B20) telah selesai digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Senin, 14 November 2022. Perhelatan komunitas bisnis internasional yang merupakan bagian dari KTT G20 itu telah menghasilkan komunike dan sejumlah legacy atau warisan gotong-royong ala Indonesia yang dikemas dalam sebuah proyek strategis bersama.

Komunike B20 yang dihasilkan di bawah kepemimpinan Indonesia mencakup tiga elemen utama. Pertama, inovasi yang fokus pada upaya membuka kunci pertumbuhan ekonomi pasca-krisis, termasuk membuka peluang digitalisasi di seluruh sektor perekonomian dan memperluas kerja sama guna merespons kejahatan dunia maya, dan meningkatkan dana untuk infrastruktur hijau melalui mekanisme pembiayaan inovatif yang mempercepat transisi energi.

Kedua yakni inklusifitas, di mana Indonesia mendorong percepatan transformasi digital untuk pemberdayaan usaha, kecil, mikro dan menengah serta kelompok rentan dengan fokus pada kapabilitas, kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja.

Ketiga, kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang yang harus dimajukan terutama untuk mewujudkan arsitektur layanan kesehatan yang lebih adil dan membuat pedoman tentang kesiapsiagaan darurat kesehatan di masa depan.

Forum B20 yang diselenggarakan Indonesia memang berbeda dengan perhelatan B20 yang sebelumnya diselenggarakan negara-negara lain di tengah perhelatan G20.

B20 Indonesia tidak berhenti pada pemberian rekomendasi bagi Group of Twenty (G20). Sejumlah legacy atau warisan proyek strategis yang bersifat inklusif ditelurkan melalui forum tersebut.

Sebagaimana diketahui, penyelenggaraan Forum B20 dari sisi bisnis dilakukan untuk membuat sejumlah rekomendasi yang akan ditujukan dan dibahas secara lebih lanjut dalam Forum G20 yang mewakili pemerintah negara-negara Group of Twenty. Selanjutnya G20 akan membicarakan dan mengeluarkan keputusan bersama.

Namun di Indonesia Forum B20 dibawa kepada tingkat lebih lanjut yang sangat nyata.

Sebagaimana diketahui KTT G20 Indonesia mengusung tiga isu prioritas arsitektur kesehatan global, transisi energi baru terbarukan serta transformasi digital.

Forum B20 yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia turut memperkuat dan mendorong terwujudnya tiga isu prioritas tersebut.

Sehingga B20 dan G20 Indonesia menjadi wujud gotong-royong antara pemerintah dengan pelaku usaha dalam mewujudkan ketiga isu prioritas itu.

Forum B20 menyisipkan agenda negara berkembang dalam hal ini Indonesia, yaitu usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) ke dalam ketiga isu prioritas G20 Indonesia tersebut dan menyuarakannya di tingkat global.

Selama ini isu UMKM memang kerap disuarakan dalam forum-forum B20 yang diselenggarakan negara lain sebelumnya. Namun keberadaannya tidak pernah menjadi pondasi dari kebangkitan perekonomian.

Di Indonesia, untuk diketahui 60-70 persen kontribusi pendapatan negara berasal dari sektor UMKM. Begitu pula penciptaan lapangan pekerjaan yang 90 persennya berasal dari UMKM.

Maka dari itu, UMKM tentu wajib menjadi isu yang tidak hanya diangkat dalam B20 Indonesia, melainkan diwujudkan dalam sebuah proyek nyata bagi kemajuan UMKM itu sendiri dan disuarakan ke tingkat global.


Isu prioritas G20

Dalam menunjang ketiga isu prioritas Presidensi G20, Forum B20 telah meramu berbagai program atau proyek konkret. Dalam isu arsitektur kesehatan global misalnya, B20 melalui Kadin Indonesia membuat sebuah warisan bernama one shot di mana Kadin Indonesia bekerja sama dengan Tony Blair Institute untuk memikirkan bagaimana usaha produksi bidang kesehatan bisa dinikmati oleh semua.

Kemudian, dalam agenda transformasi digital, B20 Indonesia membentuk wiki-entrepreneurship dengan membuat sebuah platform yang bisa terintegrasi antar-UMKM negara-negara G20. Sehingga UMKM antar-negara G20 bisa saling melengkapi kebutuhannya.

Terkait hal tersebut, saat ini Indonesia telah memulai sebuah proyek percontohan dengan Jepang terkait wiki-entrepreneurship yang saling terkoneksi. Ke depan, hal ini perlu untuk diperluas dengan negara-negara lain, termasuk di kawasan ASEAN.

Selain itu, juga turut diangkat isu women’s empowerment untuk menyuarakan kepada dunia atas pentingnya persamaan perlakuan terhadap wanita.

Adapun dari sisi agenda transisi energi, B20 Indonesia menunjukkan pentingnya keberlanjutan dari aspek lingkungan dengan membentuk carbon center of excellence serta memberikan penghargaan kepada UMKM yang mampu menerapkan keberlanjutan lingkungan dalam kegiatan usahanya.

Apa yang telah dihasilkan dalam B20 Indonesia seyogyanya perlu dilanjutkan oleh India selaku negara pemegang estafet Presidensi G20 Indonesia.

Program-program yang dihasilkan melalui B20 Indonesia yang banyak mengangkat sektor UMKM selaku sektor penting di negara berkembang sangat cocok diteruskan India yang juga merupakan negara berkembang, termasuk juga oleh Brazil dan Afrika Selatan yang berturut-turut akan memegang Presidensi G20 setelah India.

Meskipun demikian, upaya meneruskan program-program B20 Indonesia di masa mendatang tentu perlu penyesuaian dari kondisi dan situasi masing-masing negara. Oleh karena itu diperlukan sebuah peta jalan serta kebijakan untuk mengimplementasikan program-program tersebut oleh masing-masing negara.

Yang terpenting adalah mencapai tujuan yang sama melalui sebuah kerja sama yang komprehensif. Semua negara perlu bekerja sama guna menumbuhkan perekonomian dalam kondisi krisis global saat ini, dengan mendukung sektor UMKM untuk bisa bertumbuh dan naik kelas sehingga bisa menciptakan berkontribusi pada perekonomian sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan.

Di sisi lain, semoga pembahasan, diskusi dan kesepakatan-kesepakatan yang diambil dalam forum B20 Indonesia, juga turut menurunkan tensi geopolitik yang saat ini tengah memanas akibat perang Rusia-Ukraina.

Betapa tidak, dalam forum ini terlibat para pemimpin berpengaruh dunia maupun para pebisnis besar yang ikut menyuarakan pendapatnya kepada dunia dan dapat terus menjaga sehingga kondisi geopolitik semakin kondusif.

Forum B20 menjadi wadah bagi dunia, untuk berkomunikasi dalam level yang lebih cair guna menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada, demi kepentingan dunia.

 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022