Singapura (ANTARA) - Harga minyak beragam di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena meningkatnya kasus COVID-19 di China memicu kekhawatiran konsumsi bahan bakar yang lebih rendah dari importir minyak mentah utama dunia dan pemotongan perkiraan permintaan global OPEC 2022 mengimbangi kekhawatiran tentang pasokan yang ketat.

Minyak mentah berjangka Brent naik tipis 11 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 93,25 dolar AS per barel pada pukul 07.15 GMT setelah menetap 3,0 persen lebih rendah pada Senin (14/11/2022).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di 85,68 dolar AS per barel, turun 19 sen atau 0,2 persen, setelah jatuh 3,5 persen di sesi sebelumnya.

Sementara investor menyambut baik pengumuman China pekan lalu bahwa pihaknya akan mengurangi dampak kebijakan nol-COVID yang ketat untuk memacu aktivitas ekonomi dan permintaan energi, analis mengatakan penguncian dan melonjaknya jumlah kasus terus menjadi risiko utama penurunan.

Kasus COVID di negara itu meningkat lebih lanjut pada Selasa, termasuk di ibu kota Beijing, bahkan ketika banyak kota mengurangi pengujian rutin.

"Penguncian bergulir di daerah berpenduduk padat di China menghukum mobilitas dan permintaan minyak bahkan lebih daripada aktivitas ekonomi," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, dalam sebuah catatan.

Pertumbuhan produksi pabrik negara itu melambat, penjualan ritel turun dan properti merosot lebih jauh pada Oktober, tanda terbaru bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia itu kehilangan momentum karena berjuang dengan pembatasan COVID yang berlarut-larut dan penurunan properti.

Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global 2022 untuk kelima kalinya sejak April, dengan alasan meningkatnya tantangan ekonomi termasuk inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga.

Ini terjadi setelah Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada Minggu (13/11/2022) bahwa prospek ekonomi global telah menjadi lebih suram dari yang diproyeksikan bulan lalu, mengutip memburuknya survei manajer pembelian dalam beberapa bulan terakhir.

Namun, kekhawatiran tentang ketatnya pasokan musim dingin ini terus mendukung harga minyak. Embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan dimulai pada 5 Desember. Larangan tersebut akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari.

Stok minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 300.000 barel dalam seminggu hingga 11 November, jajak pendapat Reuters menunjukkan pada Senin (14/11/2022).

Jajak pendapat itu dilakukan menjelang laporan dari American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis pada pukul 16.30 waktu setempat ET (21.30 GMT) pada Selasa dan Badan Informasi Energi AS (EIA) dijadwalkan pada Rabu (16/11/2022).

Sementara itu, produksi minyak di Permian Basin akan mencapai rekor lain 5,499 juta barel per hari (bph) pada Desember, EIA mengatakan dalam laporan produktivitas bulanannya pada Senin (14/11/2022).

Namun, wilayah serpih yang menua menunjukkan produksi per sumur yang lebih lemah, menyebabkan produksi minyak mentah AS secara keseluruhan di wilayah serpih naik hanya 91.000 barel per hari menjadi 9,191 juta barel per hari pada Desember, meskipun ada lonjakan harga, katanya.

Baca juga: Wall Street berakhir jatuh, Indeks Dow Jones tergelincir 211,16 poin
Baca juga: Harga emas terdongkrak 7,50 dolar, dipicu komentar pejabat The Fed
Baca juga: Dolar AS susut saat pejabat Fed katakan kenaikan suku bunga berlanjut

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022