Kami telah sepakat untuk berkolaborasi melakukan dan mendanai studi konsep dan studi kelayakan tekno komersial yang terperinci untuk pendirian fasilitas produksi hidrogen hijau dan kelangsungan investasi
Jakarta (ANTARA) - Anantara Energy Holdings melakukan kerja sama dengan Countrywide Hydrogen melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kepulauan Riau.

Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Simon G. Bell dan Joost van Acht selaku Director Anantara Energy Holdings serta Director Countrywide Hydrogen, Boyd White yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (17/11).

Director Anantara Energy Holdings Simon G. Bell mengatakan, kerja sama ini akan memberikan nilai tambah bagi sektor manukfaktur di Indonesia dalam menjalankan upaya transisi energi.

"Investasi besar ini akan memberikan nilai tambah bagi sektor manufaktur dalam mendukung upaya transisi energi di Indonesia, seperti yang telah dibahas di forum B20 dan KTT G20 pekan ini," katanya.

Ia mengatakan, kedua perusahaan akan bersama-sama mempelajari studi kelayakan untuk membangun fasilitas produksi hidrogen hijau bertenaga surya.

Dengan total investasi sebesar 6 miliar dolar AS, PLTS ini akan menjadi megaproyek PLTS terbesar di dunia dengan kapasitas 3,5 GW yang akan dibangun di KEK Karimun, Kepulauan Riau.

Simon berharap hidrogen hijau dan amonia yang dihasilkan dari energi terbarukan akan memainkan peran kunci dalam net zero economy di masa depan untuk Indonesia dan kawasan secara lebih luas.

Hal ini di samping permintaan yang diyakininya akan muncul dari Eropa sebagai pasar ekspor utama bagi Indonesia.

“Kami telah sepakat untuk berkolaborasi melakukan dan mendanai studi konsep dan studi kelayakan tekno komersial yang terperinci untuk pendirian fasilitas produksi hidrogen hijau dan kelangsungan investasi,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Joost van Acht menyampaikan bahwa kerja sama tersebut membuka peluang untuk mempercepat upaya Indonesia menghadirkan energi yang lebih bersih.

"Ini merupakan langkah yang baik dalam mengimplementasikan komitmen menjadi sesuatu yang nyata," katanya.

Ia mengatakan, transisi energi terbarukan saat ini menjadi prioritas Indonesia di forum G20.

Potensi energi terbarukan di lndonesia pun cukup melimpah, dan ini yang menjadi peluang untuk meningkatkan investasi jangka panjang serta mendapatkan efek pengganda ekonomi yang signifikan.

Sementara itu, Director Countrywide Hydrogen Boyd White mengatakan bahwa hidrogen hijau berpeluang besar dalam dekarbonisasi kendaraan berat seperti truk dan bus.

Menurut dia, hidrogen hijau dapat digunakan untuk menggantikan diesel serta dapat digunakan di sektor agrikultur.

"Amonia dari hidrogen hijau dapat digunakan dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, dan sebagai pengganti gas alam di pembangkit listrik berbahan bakar gas. Ini akan mengurangi CO2," katanya.

White menyampaikan, bisnis pelengkap dari Countrywide Hydrogen yakni produsen elektroliser yang digunakan dalam produksi hidrogen hijau diyakini turut membuka penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan keterampilan tenaga kerja, serta berdampak pada peningkatan Product Domestic Bruto.

"Kami melihat potensi pendapatan dari ekspor Indonesia, namun yang tidak kalah penting adalah (pengembangan hidrogen hijau) berdampak sangat positif pada perubahan iklim," ujarnya.

Sebagai informasi, Anantara Energy Holdings merupakan perusahaan gabungan antara perusahaan energi asal Singapura yakni Quantum Power Asia dan ib Vogt yang berasal dari Jerman.

Sedangkan Countrywide Hydrogen merupakan perusahaan asal Australia yang berinvestasi di bidang energi terbarukan dan energi bersih.

Baca juga: PLTS terapung di Bali gunakan 50 persen produk lokal
Baca juga: Bangun PLTS Kapasitas Total 210 MW, PLN Dukung Amazon Penuhi 100 Persen Energi Hijau
Baca juga: PLN resmikan dua PLTS jelang KTT G20

 

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022