Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa agama dan nilai moral menjadi kunci utama mengontrol penggunaan alat kontrasepsi di dalam masyarakat Indonesia.

“Kalau kita lebih memberikan edukasi nilai-nilai dan norma-norma sosial, agama. Itu merupakan kunci yang paling utama untuk melakukan kontrol pemanfaatan kontrasepsi,” kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina dalam temu media yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Eni menyatakan penggunaan kondom di Indonesia tidak dapat sembarangan karena pemerintah melalui fasilitas kesehatan menekankan bahwa kondom hanya digunakan pada pasangan saja, bukan secara perorangan meskipun masyarakat juga dapat mengakses kondom secara mandiri di fasilitas terdekat.

Sebab, adanya seks bebas di Indonesia bertentangan dengan kepercayaan dan nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.

Baca juga: BKKBN: Kondom harus diperkenalkan sebagai cara cegah HIV/AIDS

Eni mengaku terkejut saat mengetahui bahwa di Thailand untuk menekan kehamilan yang tidak diinginkan dan mencegah penularan HIV/AIDS, Pemerintah Thailand memberikan edukasi kesehatan reproduksi dengan memberikan kondom langsung pada dompet para siswa melalui guru yang ada di sekolah.

Sementara di Indonesia, menurut dia, memiliki kondom saja masih terasa aneh dan tabu.

“Thailand tidak bisa kita tiru ya. Saya rasa kita harus bersama-sama lebih memberikan edukasi pada remaja,” ujar Eni.

Oleh karena itu, nilai budaya, agama serta moral yang kuat dalam masyarakat Indonesia dapat mengontrolnya. Pemerintah Indonesia lebih memilih untuk mensosialisasikan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi dan bahaya dari hamil pada usia muda.

Menurut Eni, alat kontrasepsi seperti kondom di Indonesia lebih diperkenalkan sebagai alat untuk mencegah kematian ibu dan bayi. Kondom juga berfungsi sebagai alat bantu ibu dalam menjarakkan kelahiran, sehingga stunting pada anak tidak terjadi.

Kondom juga mencegah tingginya angka aborsi pada perempuan dan kehamilan yang tidak diinginkan, edukasi kondom juga dibarengi dengan pemberian pemahaman bahwa kesehatan reproduksi jauh lebih penting dibandingkan terkena penyakit seksual.

Baca juga: BKKBN bawa 10 komitmen program KB RI dalam ICFP 2022 Thailand

“Mereka berhak untuk menolak, untuk mempunyai rencana kesehatan reproduksi ke depan sehingga mereka bisa tahu kapan mereka bisa berhubungan seks dan kapan mereka sebaiknya boleh untuk hamil yang sehat,” ujarnya.

“Mereka harus tahu bahwa untuk membangun keluarga yang berkualitas, mampu mengelola ekonomi keluarga, mereka harus mengerti bahwa hamil adalah hal yang normal tapi harus dijaga intervalnya sehingga kesehatan reproduksinya bisa optimal,” katanya.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara unik yang tidak bisa dibanding-bandingkan dengan penanganan negara lain saat menyangkut alat kontrasepsi.

Menurut dia, agama yang dianut oleh masyarakat di Indonesia sangat jauh berbeda dengan negara seperti Thailand.

Hal tersebut didasari karena adanya penekanan bahwa seks bebas, hamil di luar nikah maupun konsumsi narkoba sangat bertentangan dengan agama dan menjadi hal tabu bagi masyarakat Indonesia.

Baca juga: BKKBN: Banyak negara tertarik belajar program KB Indonesia

Ia menambahkan bahwa di Indonesia keterlibatan tokoh agama dalam menyerukan bahaya seks bebas juga digencarkan.

Ojo dibanding-bandingke. Keyakinannya saja sudah beda jadi pasti (kalau di Thailand) tidak menimbulkan pertentangan. Kita ini dasarnya saja sudah berbeda,” kata Hasto.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022