Jeddah (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan kenaikan harga minyak mentah yang terjadi sekarang ini telah mencapai puncaknya sehingga bisa turun kembali menjadi antara 50 hingga 60 dolar AS per barel. "Kita berharap harga minyak sudah mencapai puncaknya sehingga bisa kembali ke level 55 hingga 60 dolar per barrel," kata Yudhoyono kepada pers di pesawat Kepresidenan Garuda Indonesia dalam penerbangan dari Ryadh, ibukota Arab Saudi menuju Jeddah, Kamis. Kepala Negara dan rombongan pada Kamis malam akan berangkat dari Jeddah menuju Mekkah untuk melakukan ibadah umroh. Kepala Negara menyampaikan harapannya bagi penurunan harga minyak itu karena patokan penerimaan dari sektor minyak pada APBN 2006 adalah 57 dolar AS per barel. Harga minyak mentah saat ini telah melonjak hingga berada di kisaran 75 dolar AS per barel. Presiden menyebutkan, jika harga minyak mentah terus naik maka perekonomian global serta ekonomi semua negara akan mengalami kesulitan terutama yang tidak memiliki minyak mentah. Kenaikan harga minyak yang terus-menerus itu juga bisa mengakibatkan resesi dunia. Menurut Yudhoyono, kenaikan harga minyak itu selain disebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan pengeluaran juga terjadi karena adanya spekulasi politik. Ada spekulasi bahwa Iran akan menggunakan minyak mentahnya sebagai alat politik, kata Presiden, sambil menambahkan bahwa pada 9 Mei 2006 Dewan Keamanan PBB akan membicarakan penyelesaian masalah nuklir Iran. Karena itu presiden mengajak masyarakat untuk menghemat penggunaan BBM termasuk listrik. "Mudah-mudahan harga listrik tidak dinaikkan," kata Presiden. Baru-baru ini Presiden memutuskan tidak adanya kenaikan tarif dasar listrik selama 2006. Selain menghemat listrik Presiden juga mendesak masyarakat termasuk para pejabat untuk menghemat penggunaan telepon, dan air. Pemerintah juga akan mendorong penganekaragaman sumber energi termasuk bioenergi dengan menggunakan energi dari bioenergi maka diharapkan sektor pertanian akan terdorong serta meningkatkan pendapatan para petani. Presiden menegaskan program penghematan yang dicanangkan tersebut ternyata tidak banyak berbeda dengan pernyataan Presiden AS George Bush hari Rabu tentang penghematan serta penggunaan energi alternatif.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006