Sentralitas ASEAN kita akan memainkan peran krusial dalam mendorong tatanan internasional berbasis aturan demi manfaat yang lebih besar bagi masyarakat ASEAN kita dan sekitarnya
Phnom Penh (ANTARA) - Dalam sebuah pesan kerajaan pada Senin (21/11), Raja Kamboja Norodom Sihamoni menyampaikan bahwa perdamaian di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) harus dilindungi.

Raja itu menekankan bahwa perdamaian telah menciptakan peluang sosial-ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat.

Dalam sebuah pesan untuk upacara pembukaan Sidang Umum Majelis Antarparlemen ASEAN (ASEAN Inter-Parliamentary Assembly/AIPA) ke-43 yang digelar di Phnom Penh, sang raja mengatakan bagi ASEAN, semangat "Kebersamaan" selalu dijadikan konteks upaya kolektif guna menjaga perdamaian di kawasan tersebut selama berpuluh tahun.

"Ditopang oleh kerangka kerja sama intrakawasan dan antarkawasan yang kuat, perdamaian yang sangat dijunjung tinggi oleh ASEAN telah menciptakan peluang sosial-ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat kita," ujar Sihamoni. "Kita telah mengangkat jutaan masyarakat keluar dari kemiskinan."

Dia menuturkan bahwa perdamaian telah menghasilkan peluang kerja yang nyata bagi masyarakat dan meningkatkan prospek pekerjaan mereka di masa depan.

"Kita diberkati berada di sebuah kawasan makmur yang terus menarik investasi asing, perdagangan, dan pariwisata guna menciptakan lebih banyak kekayaan dan kemakmuran bagi masyarakat kita," imbuh sang raja. "Perdamaian harus dilindungi dan terus dipelihara."

Sihamoni mengatakan bahwa perdamaian dapat dirusak kapan pun oleh berbagai tantangan tradisional baik dari dekat maupun jauh, serta ancaman nontradisional yang berpotensi mengguncang stabilitas di kawasan tersebut.

"Sentralitas ASEAN kita akan memainkan peran krusial dalam mendorong tatanan internasional berbasis aturan demi manfaat yang lebih besar bagi masyarakat ASEAN kita dan sekitarnya," lanjut Sihamoni.

Negara-negara anggota ASEAN adalah Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022