stunting berkolerasi dengan kemiskinan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan meminta masyarakat untuk memperhatikan gizi pada ibu hamil dan balita agar terhindar dari stunting yang dapat memperburuk kondisi ekonomi penderita stunting.

“Penderita stunting perkembangan otak kurang baik sehingga tidak bisa melakukan produktivitas layaknya anak normal dan di masa depan pendapatannya akan rendah. Artinya stunting berkolerasi dengan kemiskinan,” ujar Plt Direktur Gizi KIA Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Ni Made Diah dalam Seminar Online FKM UI, Selasa.

Diah menuturkan ibu hamil yang tidak memiliki kecukupan gizi seimbang berpotensi melahirkan anak dengan kondisi stunting dan rentan terhadap berbagai penyakit. Kondisi tersebut tentu membuat anak stunting akan kesulitan dalam menjalankan kehidupan termasuk pada saat bekerja yang akan berdampak pada penghasilan yang akan diperoleh.

“Kalau mau keluar dari kemiskinan, gizi anak dan ibu hamil tolong diperhatikan supaya bisa sehat, perkembangan otak baik. Sehingga bisa produktif dan bisa melanjutkan hidup lebih baik dengan taraf ekonomi yang lebih baik dari sekarang,” ujarnya.

Baca juga: BKKBN: Audit kasus stunting bermanfaat untuk tekan kemiskinan ekstem
Baca juga: BKKBN bergerak ke pulau-pulau atasi stunting dan kemiskinan ekstrem

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, prevalensi stunting secara nasional mencapai 24 persen. Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Urat menjadi provinsi dengan kasus stunting tertinggi. Kendati tren stunting mengalami penurunan sejak 2013, namun perlu dilakukan percepatan untuk mencapai target angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024.

Guna menekan angka stunting termasuk juga angka kematian ibu dan anak, Kemenkes berkomitmen melakukan transformasi sistem kesehatan melalui transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan dan transformasi teknologi kesehatan.

“Kita memprioritaskan program tersebut mulai dari terjadinya kehamilan pada remaja putri dan calon pengantin dengan screening anemia dan screening layak hamil,” ucapnya.

Kemudian pada masa kehamilan dilakukan screening kehamilan termasuk pemberian tablet tambah darah dan pemberian makanan tambahan. Lalu pemantauan tumbuh kembang pada balita, pemberian ASI eksklusif hingga tatalaksana balita dengan masalah gizi. Selain juga memberikan edukasi pada remaja putri, ibu hamil dan keluarga balita.

Baca juga: Wapres paparkan upaya hapus kemiskinan ekstrem dan "stunting"
Baca juga: Pemkot Pekalongan gencarkan kampanye gemar makan ikan cegah stunting
Baca juga: Aceh intensifkan kampanye gemar makan ikan untuk pencegahan stunting


 

 

 

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022