Untuk pengembangan industri garam itu dilakukan dengan memanfaatkan lahan petani tambak yang kering di musim kemarau
Maros (ANTARA) - Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Pemerintah Kabupaten Maros menyiapkan anggaran Rp1 miliar untuk mengembangkan industri garam di wilayah pesisir yang terletak di 4 kecamatan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

"Keempat kecamatan itu adalah Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau, Kecamatan Maros Baru dan Kecamatan Marusu," kata Wakil Bupati Maros Hj Suhartina Bohari menanggapi pembangunan industri garam di wilayah Kabupaten Maros, Selasa.

Dia mengatakan, dari nilai proyek industri garam itu sekitar Rp500 juta dialokasikan untuk pembinaan dan pendampingan kepada petani garam, sedang selebihnya untuk pemasaran dan pendistribusian hasil produksi.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk pengembangan industri garam di Maros, Dinas Pertanian telah menjalin kerja sama dengan tim peneliti garam dari Universitas Hasanuddin bersama tim pengabdian masyarakat.

"Untuk pengembangan industri garam itu dilakukan dengan memanfaatkan lahan petani tambak yang kering di musim kemarau," jelas Suhartina.

Sementara itu, Ketua Tim Peneliti dari Unhas, Indah Raya mengatakan, Maros memiliki potensi untuk menghasilkan garam yang berkualitas. Hanya saja, perlu intervensi teknologi yang mendukung sehingga nilai jualnya akan lebih tinggi misalnya pemanfaatan geomembran dan penerapan Greenhouse Salt Tunnel (GST).

“Kami sudah mulai lakukan pengembangan produksi garam di Desa Nisombalia. Hasilnya sudah mulai terlihat, dengan memanfaatkan geomembran, garam yang dihasilkan lebih bersih dari produksi sebelumnya," katanya.

Sebagai perbandingan, lanjut dia, kalau sebelumnya membutuhkan jangka waktu sebulan untuk menghasilkan garam, maka kini cukup 3-5 hari sudah bisa menghasilkan jenis garam konsumsi yang baik dengan intervensi teknologi.

Menurut dia, selain jenis garam konsumsi, ada terdapat garam industri. Garam dapat dikembangkan menjadi beberapa hasil produksi diantaranya garam lulur, garam farmasi, minuman isotonik, pelembab wajah dan garam meja yang warnanya lebih putih.

"Bahkan dengan bantuan teknologi, kedepan garam tidak lagi hanya diproduksi saat musim kemarau, melainkan dapat berlangsung sepanjang tahun dengan pemanfaatan GST," jelasnya.

Baca juga: Geopark Maros Pangkep resmi masuk UNESCO Global Geopark

Baca juga: Tiga menteri tanam mangrove di Mangngambang Maros Sulsel

Baca juga: PLN hadirkan perahu listrik dukung Geopark Maros jadi warisan dunia

 

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022