IKM pengolahan garam lebih memilih untuk memproduksi garam konsumsi dibanding untuk kebutuhan industri karena tidak mampu untuk bersaing dengan garam impor
Jakarta (ANTARA) - Akademisi dari IPB University Rahmadi Sunoko menyatakan industri kecil dan menengah (IKM) pengolahan garam lebih memilih untuk memproduksi garam konsumsi dibanding untuk kebutuhan industri.

"IKM pengolahan garam lebih memilih untuk memproduksi garam konsumsi dibanding untuk kebutuhan industri karena tidak mampu untuk bersaing dengan garam impor," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, IKM pengolahan garam skala kecil umumnya hanya memproduksi garam halus dan bata, sementara perusahaan menengah mulai melakukan perluasan pasar dengan memproduksi garam halus untuk keperluan industri seperti industri aneka pangan dan makanan ternak dan industri lainnya.

Dikatakannya, IKM pengolahan garam lebih cenderung memproduksi garam konsumsi antara lain karena tidak memerlukan lahan/bangunan produksi yang luas dan dapat menggunakan peralatan sederhana, keuntungan lebih besar serta tidak memiliki saluran distribusi dan pasar garam untuk kebutuhan industri.

Selain itu, lanjutnya, keterbatasan modal serta faktor standar minimum kandungan NaCl pada garam untuk kebutuhan industri serta tidak membutuhkan stok dalam jumlah besar.

Rahmadi yang merupakan Promovendus Bidang Manajemen dan Bisnis IPB University juga menyebutkan, IKM pengolahan garam (72 persen) menyatakan biaya perizinan cukup memberatkan di samping persaingan yang tidak sehat dengan industri pengolahan garam yang belum/tidak memiliki perizinan.

Persaingan tidak sehat ini umumnya menyangkut harga pokok penjualan, tambahnya. meskipun perizinan membutuhkan biaya, namun para pengusaha industri pengolahan garam mengakui bahwa produk tersertifikasi dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Industri pengolahan garam skala besar, menurut dia, umumnya memiliki izin dan kuota garam impor untuk produksi garam olahan untuk selanjutnya didistribusikan ke industri aneka pangan.

Pada kesempatan tersebut, melalui hasil penelitiannya bertajuk "Strategi Peningkatan Daya Saing Pada Bisnis Industri Pengolahan Garam di Indonesia," Rahmadi menjelaskan IKM pengolahan garam menghadapi kesulitan dan tantangan seperti struktur usaha yang belum memiliki saluran distribusi dan tenaga marketing yang permanen.

Selain itu, persaingan pasar dengan produk yang cenderung homogen dan keterbatasan dalam pengembangan pasar serta biaya distribusi produk garam, sebagai faktor-faktor yang menjadi tantangan pada pengembangan industri pengolahan garam nasional.

Oleh karena itu, dalam penelitiannya Rahmadi menyodorkan strategi peningkatan daya saing pada bisnis industri pengolahan garam.

“Pemerintah dapat mendorong daya saing industri garam Nasional. Pemerintah dapat mengimplementasikan sejumlah strategi baik dalam bentuk kebijakan substantif maupun kebijakan prosedural," katanya.

Kebijakan prosedural dapat dilakukan dengan melakukan reformulasi kebijakan khususnya pada aspek. Pertama, garam impor diklasifikasikan hanya dalam dua kelompok yaitu garam food grade dan garam CAP dengan SNI wajib.

"Hal ini untuk mendorong kualitas garam impor dan menghindari kebocoran garam impor," katanya.

Kedua, standar kualitas garam food grade dan garam CAP perlu disesuaikan dengan mengacu standar global.

Ketiga, penegakan kepatuhan terhadap Keppres 69/1994 dengan memasukkan kembali garam aneka pangan dan pengasinan ikan sebagai garam konsumsi atau merevisi Keppres dan menetapkan standar garam aneka pangan sebagai garam food grade.

Sementara pada kebijakan subtantif, tambahnya, industri pengolahan garam akan mampu berkembang dan bersaing dengan garam impor sepanjang pemerintah mampu mewujudkan teknologi produksi dan ketersediaan bahan baku yang berkualitas, pengembangan teknologi pengolahan yang efisien dan efektif serta akses pembiayaan dan permodalan, peningkatan kapasitas SDM dan akses pasar/kemitraan.

Baca juga: DKP Jabar: Produksi garam meningkat signifikan di musim kemarau 2023

Baca juga: Gubernur sebut “Pugar” mampu tingkatkan produksi garam NTT

Baca juga: Produksi garam di Karawang Jabar melimpah pada musim kemarau

Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023