Jakarta (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Mali Dindin Wahyudin menawarkan kerja sama dengan Indonesia di bidang transportasi dan pertanian kepada Pemerintah Mali.

Tawaran kerja sama itu disampaikan Dindin saat menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Transisi Mali, Colonel Assimi Goïta pada Selasa pagi (22/11) di Bamako, demikian menurut keterangan KBRI Dakar pada Kamis.

Dalam pertemuan itu, Dindin menyampaikan kesiapan Indonesia untuk memperkuat hubungan dan kerja sama bilateral dengan Mali, khususnya di bidang transportasi dan perhubungan, infrastruktur, serta mekanisasi pertanian.

Dindin juga berbagi informasi mengenai kemampuan dan pengalaman Indonesia mengekspor pesawat terbang CN-235-220 dan berbagai alat transpor lainnya yang mendapatkan perhatian dari Presiden Goïta.

Setelah menyerahkan surat-surat kepercayaan, Dindin secara terpisah melakukan pertemuan dengan Menteri Perhubungan dan Infrastruktur Mali Dembéle Madina Sissoko untuk membahas potensi kerja sama di bidang perhubungan.

Pada kesempatan itu, Dindin menyampaikan tentang keunggulan sejumlah produk Indonesia yang telah digunakan di berbagai negara, seperti pesawat terbang CN-235-220, kereta api, dan motor listrik. Selain itu, dia juga menawarkan kerja sama pelatihan teknik dari Indonesia untuk Mali.

Menanggapi tawaran itu,  Dembéle mengungkapkan ketertarikan untuk membuat rencana kerja sama dan akan memetakan terlebih dahulu sesuai kemampuan dan prioritas Mali saat ini.

Sebelumnya pada 21 November, Dubes RI telah bertemu dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Mali Abdoulaye Tounkara.

Keduanya berbagi pandangan dalam upaya penguatan kerja sama bilateral di berbagai bidang, antara lain Perjanjian Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Diplomatik dan Dinas (PBVDD) serta upaya untuk memfasilitasi kerja sama antar-bisnis kedua negara di bidang pertanian dan transportasi.

Mali adalah negara yang terkurung daratan (landlocked country), yang terletak di Afrika Barat dan merupakan negara akreditasi KBRI Dakar.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Mali dibentuk sejak 1965, dan nilai perdagangan kedua negara mencapai 29 juta dolar AS pada 2021.

Mali saat ini membutuhkan pembangunan infrastruktur guna mendukung aktivitas perekonomian serta sedang berfokus untuk kerja sama di bidang pertanian untuk ketahanan pangan.

Produk tambang -- seperti emas, kapas dan pupuk berkontribusi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Mali.

Baca juga: Menteri Mali: Rusia akan kirim makanan dan BBM beberapa pekan lagi
Baca juga: Indonesia-Australia akan kirim pasukan pemelihara perdamaian ke Mali
Baca juga: Indonesia kecam penggunaan kekerasan di Mali

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022