Kabar yang beredar adalah ada desas-desus bahwa OPEC+ sudah mulai melontarkan gagasan pengurangan produksi.
New York (ANTARA) - Harga minyak beragam pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dengan acuan minyak global mundur dari level terendahnya dalam hampir setahun dan minyak mentah AS berakhir positif, didukung pembicaraan pengurangan produksi OPEC+ yang mengimbangi kekhawatiran pembatasan ketat COVID-19 di China, importir minyak mentah terbesar dunia.

Aksi harga bergejolak. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari ditutup naik 96 sen atau 1,3 persen, menjadi 77,24 dolar AS, setelah di awal sesi menyentuh level terendah sejak Desember 2021 di 73,60 dolar AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari juga sempat berbalik positif, tetapi berakhir turun 44 sen atau 0,5 persen menjadi menetap di 83,19 dolar AS per barel, setelah merosot lebih dari 3,0 persen menjadi 80,61 dolar AS di awal sesi untuk level terendah sejak 4 Januari 2022.

Kedua harga acuan tersebut telah membukukan tiga penurunan mingguan berturut-turut.

"Kabar yang beredar adalah ada desas-desus bahwa OPEC+ sudah mulai melontarkan gagasan pengurangan produksi pada Minggu (27/11)," kata Matt Smith, kepala analis minyak di Kpler. "Itu membantu membalikkan kerugian yang disebabkan oleh protes China," katanya pula.

Analis di Eurasia Group menyatakan dalam sebuah catatan Senin (28/11) bahwa melemahnya permintaan dari China dapat memacu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia untuk memangkas produksi, setelah mengurangi pasokan pada Oktober.

"Keputusan akan bergantung pada lintasan harga minyak ketika OPEC+ bertemu, dan seberapa banyak gangguan yang terlihat di pasar karena sanksi Uni Eropa," tulis kelompok itu dalam catatannya.

OPEC+ akan bertemu pada 4 Desember. Pada Oktober, OPEC+ setuju untuk mengurangi target produksinya sebesar 2 juta barel per hari hingga tahun 2023.

Desas-desus tentang kemungkinan pemotongan lebih besar mengimbangi aksi jual awal yang dibangun di atas pandangan lemah dari China, di mana ratusan demonstran dan polisi bentrok pada Minggu (27/11) karena pembatasan COVID-19 ketat yang membatasi pergerakan bebas di antara jutaan penduduk.

China tetap berpegang pada kebijakan nol-COVID-19 Presiden Xi Jinping, bahkan saat sebagian besar dunia telah mencabut sebagian besar pembatasan.

Pembeli spekulatif juga membantu membalikkan kerugian awal, kata Robert Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho di New York.

"Hampir setiap kali kami memiliki beberapa poin persentase bergerak lebih rendah, Anda akan melihat spesifikasi datang pada sore hari dan membeli penurunannya," katanya.

Diplomat Kelompok Tujuh (G7) dan Uni Eropa telah membahas batas harga minyak Rusia antara 65 dolar AS dan 70 dolar AS per barel, dengan tujuan membatasi pendapatan untuk mendanai serangan militer Moskow di Ukraina tanpa mengganggu pasar minyak global.

Namun, pemerintah-pemerintah Uni Eropa terpecah tentang tingkat yang membatasi harga minyak Rusia, dengan dampak yang berpotensi diredam.

Batas harga akan mulai berlaku pada 5 Desember ketika larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia juga berlaku.
Baca juga: IEA: Dunia dalam "krisis energi global pertama yang sesungguhnya"
Baca juga: Biden katakan AS siap lepas lebih banyak cadangan minyak

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022