Jadi memang inginnya jangan sampai Kota Lama terulang lagi terbengkalai
Ada juga motif kedua yang terilhami dari ubin-ubin khas arsitektur neo-klasik yang terpasang di Gereja Blenduk.

Motif kedua ini terlihat sederhana namun sebenarnya memiliki tingkat detail yang lebih dalam serta waktu pembuatan yang nampaknya lebih lama.

Keindahan motif arsitektur neo-klasik itu pun dituangkan Jessie dalam dua kain berbentuk blus berwarna merah dan biru.

Karena batiknya merupakan batik tulis yang dikerjakan manual dengan tangan, proses pembuatan batik ini pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Untuk membatik selembar kain berukuran 2,5 meter bisa memakan waktu dua pekan hingga satu bulan tergantung dari periode pembuatannya.

"Untuk pembuatan waktu cepat ya 2 minggu bisa, tapi kadang juga bisa sampai satu bulan lebih baru jadi," katanya.

Jessie pun terus mencari cara untuk memperbesar kapasitas Setitik.id menjadi bisnis yang semakin berkelanjutan.

Salah satu langkahnya ialah dengan bergabung dalam program Kita Muda Kreatif (KMK) yang diikutinya sejak 2022.

KMK merupakan program dari UNESCO dan juga Citi Foundation untuk mengembangkan usaha-usaha lokal yang berada di kawasan Cagar Budaya.

Setelah rutin mengikuti pelatihan-pelatihan dari KMK, Jessie mempelajari banyak hal baru tentang bisnis, mulai dari manajemen bisnis hingga pengembangan ide kreatif.

Dengan tekun ia memperbesar kapasitas Setitik.id hingga akhirnya bisa menyabet prestasi lewat kompetisi-kompetisi bisnis.

Salah satunya seperti UNESCO World Heritage (WH) 50 Competition dalam kategori pembuatan merchandise dengan menempati posisi ketiga secara nasional.

Baca juga: PT KAI buka kembali objek wisata Lawang Sewu di Semarang

Memberdayakan masyarakat
 
Jessie Setiawati menampilkan karya Setitik.id terinspirasi dari kawasan Kota Lama Semarang sebagai kawasan Cagar Budaya Nasional. (ANTARA/Livia Kristianti)

Selain ingin melestarikan warisan cagar budaya lewat karya, wanita kelahiran 1990 itu juga ingin usahanya bisa memberdayakan masyarakat sekitar Kota Lama Semarang.

Ia pun mencoba langkah memberdayakan masyarakat sekitar yang tinggal di kawasan Kota Lama Semarang untuk mulai menekuni batik tulis dengan inisiatif bernama "Mbatik di jalanan bareng Setitik".

Sesuai dengan nama produknya Setitik, langkah mengajak masyarakat untuk membatik yang terasa cuma setitik itu diharapkan bisa memberi dampak besar serta berkelanjutan di masa depan.

"Jadi memang inginnya jangan sampai Kota Lama terulang lagi terbengkalai. Lewat program ini jadinya Setitik ajakin orang-orang yang ada di Kawasan Kota Lama belajar membatik. Mulai dari penjual telur gulung atau para pemulung yang sering bekerja di sekitar sini," kata Jessie.

Lebih lanjut ia menambahkan, "Mereka memang harus terlibat dan dilibatkan untuk melestarikan budaya yang ada di area ini. Keberadaan mereka di area ini bahkan lebih penting karena mereka yang paling memahami kondisi di Kota Lama."

Baca juga: Kemenparekraf gelar Wisata Edukasi Tematik di Semarang-Magelang

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022