Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengingatkan bahwa pemenuhan gizi seimbang sangat penting sebagai salah satu upaya mencegah kekerdilan atau stunting.

"Pemenuhan gizi bagi ibu hamil dan balita sangat penting untuk mencegah terjadinya stunting," kata Muhadjir Effendy dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Menko PMK memastikan bahwa pemerintah terus melakukan intervensi secara komprehensif guna mencegah stunting.

Baca juga: Menko PMK: Penanganan stunting libatkan semua kementerian dan lembaga

"Misalnya melalui program pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan program tambahan asupan gizi untuk ibu hamil," katanya.

Menurut Muhadjir, pemberian tablet tambah darah sangat penting untuk mencegah anemia dan meningkatkan kesehatan remaja putri yang akan menjadi calon ibu.

"Tablet darah bertujuan untuk mencegah anemia pada remaja putri sehingga diharapkan saat nantinya para remaja putri ini menikah dan hamil maka kondisi kesehatannya akan baik dan akan melahirkan bayi yang juga sehat," katanya.

Menko PMK juga berharap pemerintah daerah terus memperkuat edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya pemenuhan gizi seimbang bagi ibu hamil dan balita serta pentingnya pencegahan anemia pada remaja putri.

Baca juga: Menko PMK: Cegah stunting dengan pemenuhan gizi bagi ibu dan bayi

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto menambahkan bahwa pemerintah melalui posyandu dan puskesmas terus memastikan terpenuhinya asupan gizi untuk ibu hamil agar tidak terjadi kekurangan gizi kronik.

"Pemerintah juga terus berupaya melengkapi puskesmas dengan USG untuk mempertajam identifikasi ibu hamil, sementara pascakelahiran juga dilakukan program untuk mendukung pemenuhan konsumsi protein hewani bagi balita," katanya.

Agus mengatakan, upaya tersebut dilakukan untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 mendatang.

"Seperti diketahui bahwa prevalensi stunting harus turun sebesar tiga persen per tahun hingga menjadi 14 persen pada 2024. Sementara prevalensi stunting saat ini sebesar 24,4 persen," katanya.

Baca juga: Menko PMK minta keluarga maksimalkan 1.000 hari pertama kehidupan anak

Agus menambahkan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022