Teheran (ANTARA News/Reuters) - Menteri luar negeri Iran hari Selasa mengatakan bahwa Rusia dan Cina secara resmi memberitahukan Teheran bahwa Beijing dan Moskow tidak akan mendukung sanksi Dewan Keamanan (DK) PBB atau aksi militer soal program nuklir Teheran. Dubes besar PBB dari Amerika Serikat, Inggris dan Perancis diperkirakan akan mengajukan resolusi Dewan Keamanan PBB pekan ini yang secara resmi akan mendesak Iran mematuhi tuntutan PBB yang menginginkan Teheran menghentikan aktivitas pengayaan uranium. Ketika ditanya seberapa jauh Rusia dan Cina, anggota tetap DK PBB yang mempunyai hak veto, akan mendukung Washington, menlu Monoucher Mottaki mengatakan: "Hal yang dikatakan secara resmi dua negara itu kepada kami dalam perundingan diplomatik adalah penolakan mereka terhadap sanksi dan serangan militer," ujar dia dalam wawancara itu. Beberapa pejabat senior dari anggota tetap dewan tersebut -- Inggris, Cina, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat -- dan Jerman bertemu di Paris hari Selasa untuk mempersiapkan pertemuan para menlu negara-negara tersebut soal Iran di New York, AS, pada 9 Mei mendatang. Beberapa diplomat mengatakan Cina dan Rusia kemungkinan akan mendukung resolusi PBB yang menuntut penghentian aktivitas Iran tentang bahan bakar nuklir, namun belum siap mendukung langkah ke arah sanksi. Iran diajukan ke depan DK PBB setelah gagal meyakinkan masyarakat internasional bahwa program stasiun tenaga nuklirnya tidak untuk pembuatan bom atom. Cina dan Rusia mempunyai kepentingan energi di Iran, pengekspor minyak terbesar ke-empat dunia. Tahun 2005 lebih dari 11 persen impor minyak mentah Cina dikirim dari Iran. Lukoil, perusahaan minyak Rusia, melakukan eksplorasi di ladang minyak Anaran di wilayah barat Iran. Cina juga merencanakan perjanjian senilai multi miliaran dolar AS untuk membeli gas alam cair Iran di ladang minyak selatan wilayah Republik Islam itu. Rusia membantu Iran membangun stasiun tenaga nuklir pertamanya di selatan pelabuhan Busher, proyek senilai 1 miliar dolar AS, dan Teheran mengatakan pihaknya menginginkan perusahaan asing, khususnya Rusia, memainkan peran untuk membangun reaktor lebih banyak lagi. Namun Cina dan Rusia juga mempunyai hubungan perdagangan yang erat dengan Amerikia Serikat dan Uni Eropa (EU). Sikap EU dan AS terhadap Iran kini semakin menyatu. (*)

Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2006