Lumajang (ANTARA) - Sejumlah pengungsi Gunung Semeru posko pengungsian di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Selasa memilih kembali ke rumah untuk mengecek kondisi tempat tinggal dan mengambil barang-barang yang diperlukan selama di posko.

Para pengungsi kembali ke rumah pada pagi hari dan kembali ke posko pengungsian pada malam hari. Para pengungsi yang pulang ke rumah biasanya para pria.

"Para pria dan bapak-bapak kalau siang begini kembali ke rumah untuk melihat kondisinya, sekaligus mengurus ternak," kata Mahmudah, salah satu pengungsi asal Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh.

Kondisi Posko Pengungsian di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, juga tampak lengang karena sebagian pengungsi telah kembali ke hunian sementara (huntara) di Desa Sumbermujur.

Baca juga: Pemkab Lumajang dirikan posko darurat Semeru di Balai Desa Penanggal

Baca juga: Petugas dan warga evakuasi hewan ternak di zona merah bencana Semeru


"Tadi malam masih banyak pengungsi tapi sekarang sudah balik ke huntara. Mereka kemarin masih trauma dengan meletusnya Gunung Semeru," ujarnya.

Dari pantauan, posko pengungsian didominasi oleh ibu-ibu dan anak-anak. Mereka mengungsi hingga status gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di permukaan laut (mpdl) kembali aman.

Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran dengan jangkauan sejauh tujuh kilometer pada Minggu (4/12), pukul 02.46 WIB. Pada pukul 12.00 WIB, PVMBG mengambil langkah mitigasi dengan menaikkan status Gunung Semeru dari sebelumnya Level III atau Siaga menjadi Level II atau Awas.

Keputusan itu diambil agar warga yang bermukim di kawasan rawan bencana Gunung Semeru mengosongkan daerah mereka dan mengevakuasi diri menuju pengungsian yang telah disediakan di daerah yang aman dari jangkauan erupsi. Dengan demikian, tidak menimbulkan korban jiwa bila sewaktu-waktu gunung api tersebut meletus.

Baca juga: BNPB: Sebanyak 1.979 jiwa mengungsi akibat awan panas guguran Semeru

Baca juga: Wapres berpesan pengungsi korban erupsi Semeru jangan merasa sendiri


 

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022