Jakarta (ANTARA) - Para ilmuwan telah menciptakan sebuah mesin yang akan mengenali dan menganalisis suara kentut, urine dan feses yang dikeluarkan seseorang.

Mesin ini, seperti disiarkan Medical Daily beberapa waktu lalu, dinamakan Mesin Pengujian Reproduksi Akustik Manusia Sintetis atau Synthetic Human Acoustic Reproduction Testing machine (S.H.A.R.T.) yakni merupakan perangkat mekanis dilengkapi pompa, nozel, dan tabung.

Alat-alat itu dimaksudkan untuk menciptakan kembali suara fungsi tubuh manusia. Pencipta mesin S.H.A.R.T. mempresentasikan pekerjaan mereka di konferensi Fluid Dynamics tahunan American Physical Society. Hasilnya belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review.

Para ilmuwan melatih AI untuk mendeteksi dan meneliti suara skatologis sehingga suatu hari nanti dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit mematikan seperti kolera dan menghentikan potensi wabah sejak dini.

Insinyur kedirgantaraan di Georgia Tech Research Institute (GTRI) Maia Gatlin mengatakan deteksi kasus yang lebih cepat akan membantu mengendalikan wabah.

Para peneliti ingin menggunakan model AI bersama-sama dengan sensor yang relatif murah dan menggunakannya di daerah yang rentan terhadap wabah penyakit.

Suara adalah cara non-invasif untuk menganalisis kondisi usus dari jarak jauh. Sementara pelaporan mandiri tidak terlalu dapat diandalkan, maka peneliti menemukan cara non-invasif yang memungkinkan orang bisa mendapatkan pemberitahuan harus memeriksakan diri atau tidak.

Seperti urine tidak mengalir pada kecepatan yang seharusnya, suara kentut tidak terdengar seperti seharusnya sehingga harus memeriksakan diri ke dokter.

Menurut data, AI dapat mengidentifikasi peristiwa ekskresi yang benar dengan akurasi 98 persen.

Para ilmuwan bersikeras agar alat mereka ramah di kantong semua orang, terutama karena proyek ini difokuskan pada daerah perkotaan dengan sistem kesehatan yang lemah.

"Aspek keterjangkauan sangat penting bagi kami," demikian kata mereka.

Baca juga: Serba-serbi kentut, mengapa bunyi dan berbau? Amankah bila ditahan?

Baca juga: Benarkah "Kentut Unta Perparah Pemanasan Global"?

Baca juga: Memotret Pilkada Melalui Kentut

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022