Dari 8,7 kiloliter dengan 640 ribu hektare per tahun, kita bisa dapat 5,6 juta kiloliter bioetanol. Kalau 50 persen potensi ini bisa direalisasikan, mencapai 2,8 juta kiloliter
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (Ikabi) Tatang Hernas Soerawidjaja mengungkapkan potensi batang sawit tua sebagai sumber baru bioetanol yang bisa dimanfaatkan tanpa perlu membuka lahan baru.

Dalam Seminar Riset Peta Jalan Strategis untuk Percepatan Implementasi Bioetanol di Jakarta, Selasa, Tatang menyebut batang sawit tua merupakan limbah perkebunan sawit, utamanya jika terjadi peremajaan.

“Batang sawit tua itu masih mengandung nira (air gula) sekitar 70 persen dan pati 30 persen (pati dan lignoselulosa). Potensinya tidak kalah dari tebu,” katanya.

Tatang menjelaskan potensi hasil bioetanol dari peremajaan kebun sawit mencapai 8,7-10,3 kiloliter per hektare.

“Dari 8,7 kiloliter dengan 640 ribu hektare per tahun, kita bisa dapat 5,6 juta kiloliter bioetanol. Kalau 50 persen potensi ini bisa direalisasikan, mencapai 2,8 juta kiloliter,” ujarnya.

Tatang menyebut angka tersebut juga setara dengan 70 pabrik bioetanol yang harus dibangun serta lebih dari cukup untuk mendorong program E5 seluruh bensin di Indonesia hingga 2030.

Program E5 atau campuran bioetanol 5 persen ke dalam bahan bakar minyak tengah didorong pemerintah melalui program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi yang diluncurkan Presiden Jokowi November lalu.

Campuran bioetanol akan membuat emisi lebih bersih sekaligus meningkatkan nilai oktan.

Sayangnya, menurut Tatang, peremajaan kebun sawit dilakukan tidak hanya di satu lokasi melainkan berpindah-pindah dari satu kebun ke kebun lainnya.

“Solusinya, di lokasi peremajaan, ekstraksi gula serta pati dari batang sawit dipekatkan atau dievaporasikan menjadi tetes sawit atau oil palm molasses untuk kemudian dikirim ke pabrik bioetanol,” katanya.

Dengan demikian, pengembangan bioetanol berbasis tetes sawit pun memiliki banyak manfaat, diantaranya tidak perlu membuka kebun baru, dapat memperkuat ketangguhan industri sawit dari serangan provokatif berkedok lingkungan hingga memberikan nilai tambah baru dan besar dari perkebunan sawit.

Pengembangan bioetanol berbasis tetes sawit juga jadi penyedia bahan mentah baru produksi bioetanol serta memperkokoh industri hilir berbasis sawit.

“Tetes sawit ini alternatif yang sangat bagus,” kata Tatang.

Baca juga: Pemerintah buat proyek percontohan campur Pertamax dengan bioetanol

Baca juga: Kementerian ESDM pacu percepatan implementasi bioetanol

Baca juga: Erick: Indonesia harus bisa produksi bioetanol atasi importasi BBM


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022