Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengapresiasi tim peneliti yang menemukan spesies endemik asal Gunung Muria, cicak batu muria, dengan habitat di sungai dan perkebunan kopi.

"Dengan adanya temuan dari tim peneliti Green Community Universitas Negeri Semarang (Unnes) berkolaborasi dengan Muria Research Center (MRC) ini, tentunya menjadi keanekaragaman flora di lereng Pegunungan Muria Kudus," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan Hidup (PKPLH) Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus Apriliana di Kudus, Selasa.

Masyarakat sekitar, kata dia, tentunya perlu diberi sosialisasi dan edukasi agar ikut serta menjaga spesies itu agar tidak punah.

Peneliti Green Community Lutfian Nazar mengungkapkan penelitian yang digelar Agustus hingga November 2022 dilakukan di 12 desa, namun hanya di Desa Kajar terdapat 60 spesies.

Belasan desa yang tersebar di tiga kabupaten tersebut, yakni Kabupaten Kudus di Desa Colo, Desa Kajar, Ternadi, dan tiga titik di Desa Rahtawu, Kabupaten Jepara di Desa Somosari, Sumanding, dan Tempur, serta Kabupaten Pati di Desa Sitiluhur, Jepalo, dan Panggonan, Tlogowungu.

Baca juga: LIPI identifikasi spesies baru katak, kodok, cicak, burung

Tahun 2018 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) --Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sekarang-- juga melakukan penelitian tentang cicak batu muria. Hasilnya dijumpai pada habitat berupa bebatuan di sepanjang sungai dan perkebunan kopi serta mungkin juga dalam hutan pada ketinggian antara 600 hingga 650 meter di atas permukaan laut (mdpl)

Dalam penelitian tersebut, ternyata populasi cicak batu muria tidak ditemukan di bawah 500 mdpl tidak ditemukan, sedangkan di ketinggian 700 mdpl masih dijumpai.

"Kami juga mendapat data distribusi cicak batu muria di Desa Kajar," ujarnya.

Ia menjelaskan cicak yang ditemukan di Desa Kajar memiliki ciri-ciri panjang tubuh dewasa 55-60 centimeter, berkepala lonjong, dan ekornya agak berduri.

Demi menjaga spesies tersebut dari kepunahan, katanya, maka petani setempat diminta untuk ikut peduli dan melindungi hewan tersebut.

Upaya sosialisasi tidak hanya kepada masyarakat setempat melainkan juga ke sejumlah sekolah. 

Baca juga: 52 spesies dan famili satwa teridentifikasi di relief Candi Borobudur
Baca juga: Jumlah spesies burung di Indonesia bertambah

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022