subvarian Omicron BN.1 turut berkontribusi dalam peningkatan kasus
Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengatakan kasus positif di Indonesia naik 2.191 kasus menjadi 6.697.201 kasus dengan penambahan terbanyak terjadi di DKI Jakarta yakni 755 kasus hingga pukul 12.00 WIB.

Dalam data Satgas yang ANTARA terima di Jakarta, Sabtu, penambahan kasus positif terbanyak juga terjadi di Jawa Barat 536 kasus, Jawa Timur 198 kasus, Banten 194 kasus dan Jawa Tengah 155 kasus.

Kasus kematian juga bertambah 23 jiwa, sehingga total kematian di Indonesia mencapai 160.198 jiwa.

Meski demikian, kasus aktif turun 1.339 kasus dan menyisakan 41.977 kasus lagi.

Angka kesembuhan juga terus memperlihatkan tren kenaikan. Per hari ini, kasus sembuh naik 3.507 orang dengan jumlah keseluruhannya sudah ada 6.495.026 orang.

Baca juga: Pakar: Dosis penguat sebagai syarat perjalanan penting untuk mitigasi
Baca juga: Penerima dosis pertama vaksin COVID-19 capai 203,8 juta jiwa

Sebanyak 43.450 spesimen sudah diperiksa di seluruh laboratorium Indonesia, dan 3.691 orang dinyatakan sebagai suspek COVID-19.

Sebelumnya, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menyatakan jika pandemi COVID-19 di Indonesia memasuki era mix-varian yang berpotensi dapat melahirkan mutasi super.

"Sejak pertengahan November 2022, saya sudah ingatkan bahwa Subvarian Omicron BN.1 turut berkontribusi dalam peningkatan kasus dalam gelombang pandemi di era mix varian," kata Dicky.

Ia mengatakan Virus Corona di Indonesia saat ini dikatakan mix varian sebab berjumlah lebih dari satu varian, di antaranya XBB, BQ.1 berkisar 90 persen, BA.5, dan BN.1 yang terdeteksi sebanyak 20 kasus.

Baca juga: 67,43 juta warga Indonesia sudah vaksinasi COVID-19 penguat
Baca juga: Pakar ingatkan COVID-19 belum berakhir

Menurut Dicky, BN.1 memiliki karakter yang lebih cepat menular dan lebih mudah terikat pada reseptor, serta mampu mengelak dari imunitas tubuh.

"Dua faktor ini menyebabkan kenapa SARS-Cov-2 penyebab COVID-19 berevolusi. Saat keduanya bertemu di subvarian dan dua-duanya efektif, ketika mitigasi kurang, maka reinfeksi yang terjadi virus bereplikasi dan mutasi melahirkan varian yang super," katanya.

Dicky mengatakan hal itu berpotensi menyebabkan keparahan pada pasien yang terinfeksi.

Meski demikian, apapun variannya, saat ini vaksin masih efektif. Tapi masih belum dapat dipastikan keampuhannya dalam mencegah penularan terhadap subvarian yang lebih super.

Ia juga mengimbau agar seluruh masyarakat tidak abai terhadap protokol kesehatan yang dapat menunjang keefektifan vaksin COVID-19 melindungi tubuh dari penularan.

"Saat ini vaksin yang ada relatif efektif, tapi dalam mencegah penularan semakin menurun," katanya.

Baca juga: Kemenkes: Varian baru BN.1 di Indonesia capai 20 kasus, terbanyak DKI
Baca juga: Dinkes DKI Jakarta sediakan 300 sentra vaksinasi
Baca juga: Kemenkes amati pola subvarian terbaru BN.1 yang muncul di Indonesia

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022