Hal yang mendesak adalah pencermatan tentang drainase kawasan seputar Bandara Internasional Yogyakarta.
Kulon Progo (ANTARA) - Wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan daerah langganan banjir setiap terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan berdurasi lama. Sistem drainase kawasan Bandara Internasional Yogyakarta perlu mendapat perhatian lebih mengingat area tersebut sebelumnya merupakan resapan air.

Untuk itu, perlu ada upaya strategis penanganan banjir atau minimal menurunkan durasi genangan air di wilayah selatan, khususnya kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.

Adapun kecamatan/kapanewon yang berpotensi banjir setiap ada hujan dengan intensitas tinggi dan berdurasi lama, yakni Kokap, Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, dan Nanggulan. Wilayah ini berada di wilayah cekungan. Wilayah ini diapit sungai besar, yakni Sungai Progo, Sungai Serang, dan Sungai Bogowonto.

Khusus di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta dan kawasan pendukung mulai dari Kokap, Temon, Panjatan, Wates, Lendah dan Galur, diapit sungai besar, yakni Sungai Bogowonto dan Sungai Serang.

Sepanjang tahun 2022 ini, jalan nasional Yogyakarta-Purworejo, tepatnya di bawah jalur kereta bandara di Temon, lebih dari tujuh kali terendam banjir karena aliran yang dibangun belum jadi. Kemudian, sampah kayu sangat banyak sehingga menghambat aliran air.


Pengendalian banjir 

Sejak tahun 2020 sampai saat ini, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak melalui PT Pembangunan Perumahan (Persero) mengerjakan sistem pengendalian banjir kawasan Bandara Internasional Yogyakarta. Sistem dibagi dalam subsistem. Proyek ini ditaksir menelan anggaran sekitar Rp280 miliar yang dilakukan secara tahun jamak.

Tiga sistem yang dimaksud, pertama sistem barat yang mencakup Sungai Bogowonto, Sungai Carik, Sungai Deres. Kedua, sistem timur yang meliputi Sungai Serang, Sungai Turi, Sungai Carik Timur, Sungai Seling, Sungai Dengen, Kali Sidatan, Sungai Kebo dan Sungai Plumbon.  Ketiga, sistem selatan yang meliputi Sungai Ledeng, Sungai Jelantoro, dan drainase Macanan.

Penanganan banjir sistem timur dilakukan dengan memperbesar kapasitas beberapa ruas drainase, yaitu Sungai Dengen, Sungai Kebo, Sungai Plumbon, Sungai Turi, dan Sungai Seling.

Kontraktor itu juga membuat kolam retensi banjir Carik Timur untuk menampung kelebihan volume air bah yang berasal dari Sungai Carik Timur dengan kapasitas tampung total 115.963 meter kubik, dan efektif 85.567 meter kubik.

Dalam kondisi darurat (emergency), pembuangan air dari kolam retensi Carik Timur ke Sungai Serang dibantu dengan dua pompa penyedot banjir.

Selanjutnya, penanganan banjir di sistem selatan dilakukan dengan mengalihkan sebagian debit Sungai Turi sebesar 8,9 meter kubik per detik yang masuk ke tengah bandara menuju Kali Deres sebesar 4,2 meter kubik per detik di sebelah barat. Kemudian, debit dari Sungai Turi sebesar 2,35 meter kubik per detik akan ditampung sementara ke long storage Ledeng yang mempunyai kapasitas 46.097 meter kubik dan mengalirkan ke Timur melalui Sungai Ledeng.

Perusahaan konstruksi pelat merah itu juga memperbesar Sungai Ledeng, Sungai Macanan, dan Sungai Jelantoro untuk menampung banjir kawasan di timur Bandara YIA.

Rizky Mukhlis dari PT PP selaku Penanggung Jawab Proyek DAS Serayu Opak Penanganan Banjir Kawasan YIA menyebutkan progres proyek pengendalian banjir di kawasan YIA, yang diproyeksi selesai pada 2023, sudah mencapai 80 persen.

Meskipun demikian, di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta masih sering banjir yang menyebabkan rumah warga terendam, lahan persawahan yang lama tergenang air, dan infrastruktur nasional ikut rusak.

Kendala percepatan penanganan proyek ini, menurut perusahaan itu, karena warga Macanan, Desa/Kalurahan Glagah tidak mau melepas lahan untuk membuat kolam penampungan air.

Kemudian masalah sampah kayu yang menyebabkan aliran sungai dan drainase tersumbat. Hal itu diperparah pengerjaan proyek yang belum selesai 100 persen. Pembersihan sungai dari sampah kayu yang menyumbat dilakukan oleh PT PP dan otorita Bandara YIA.

Kendala lain, yakni pembebasan lahan untuk kolam retensi di Desa Karangwuni dan Plumbon belum selesai. Selain itu, pembangunan tanggul belum selesai yang juga terkendala pembebasan tanah. Lahan penanganan banjir selatan yang belum dibebaskan ada di Desa Plumbon, Karangwuni, Glagah dan Janten. Di Janten, rencananya akan dibangun sudetan untuk mengurangi debit air dari Sungai Turi. Sudetan Janten akan mengurangi banjir di Kecamatan Temon.

 

Penanganan banjir

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo berharap penanganan banjir selatan kawasan Bandara Internasional Yogyakarta ini dicermati secara komprehensif. Hal yang mendesak adalah pencermatan tentang drainase kawasan seputar Bandara Internasional Yogyakarta. Antara lain saluran air di bawah jalan Wates -- Purworejo yang tidak mampu menampung air bila hujan deras serta ada saluran air yang posisinya lebih tinggi dari jalan raya.

Pemkab Kulon Progo bersama PT PP membersihkan sungai dari sampah yang ikut menghalangi kelancaran arus di saluran air secara berkala, agar air tidak meluap.

Penjabat Bupati Kulon Progo Tri Saktiyana mengharapkan PT PP yang bertanggung jawab atas program penanganan banjir selatan dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) selalu berkoordinasi dengan wilayah yang berketempatan atau berpotensi banjir.

Oleh karena itu perlu sinergi penanganan banjir di kawasan selatan, khusus kawasan bandara yang sering banjir bila ada hujan deras dengan intensitas tinggi dan berdurasi lama.

Saat ini, durasi rendaman banjir di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta sekitar 5 jam. sehingga perlu ada pencermatan dan strategis khusus menurunkan durasi banjir dari 5 jam menjadi kurang dari 1 jam.

 

Drainase aerotropolis YIA

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo mengkaji ulang sistem drainase kawasan aerotropolis Bandara Internasional Yogyakarta karena sudah tidak relevan dengan alih fungsi lahan hingga 600 hektare di wilayah ini.

Banjir selatan di wilayah Kulon Progo di Temon dan Panjatan atau kawasan aerotropolis Bandara Internasional Yogyakarta dipicu sebagai daerah rendah dan air dari pegunungan Kokap mengarah di wilayah itu.

Untuk jangka pendek, menurut Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Joko Satya Agus Nahrowi, pihaknya akan melakukan normalisasi drainase. Kemudian jangka panjang perlu adanya kajian ulang sistem drainase kawasan Bandara Internasional Yogyakarta atau kawasan aerotropolis Bandara Internasional Yogyakarta secara menyeluruh.

Perencanaan drainase sebelum adanya bandara harus disesuaikan dengan kondisi setelah adanya bandara seperti pembangunan parapet di sungai-sungai di Temon dan Panjatan.

Dengan adanya pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta ini juga memicu munculnya genangan air di Temon. Temon merupakan daerah banjir namun memiliki area resapan airnya sangat luas sebelum ada bandara. Setelah dibangun bandara, luas lahan resapan air berkurang sekitar 600 hektare.

Berkurangnya luas lahan resapan air menyebabkan wilayah Temon dan Panjatan berpotensi digenangi air atau banjir saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi dengan berdurasi lama.

Saat baru awal musim hujan dengan intensitas sedang saja sudah terjadi genangan air yang merendam persawahan dan masuk ke permukiman warga sehingga mengganggu lalu lintas jalan nasional.

Oleh karena itu, perlu sinergi multipihak untuk mengurai masalah banjir di kawasan itu, termasuk mencari solusi efektif membebaskan lahan warga, agar perencanaan komprehensif Meyang sudah disiapkan bisa segera dieksekusi.



Editor: Achmad Zaenal M
 

 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022