Ambon (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Komisi VII DPR RI menggelar bimbingan teknis kepada 200 ibu rumah tangga di Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Maluku, untuk membuat aneka snack atau camilan berbahan dasar sagu.

"Bimtek ini merupakan program BRIN berbakti untuk negeri tahun 2022 dan digelar di 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku," kata Peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Rein Estefanus Senewe, dalam pernyataan resmi diterima di Ambon, Senin.

Menurutnya, bimtek bertujuan mengangkat kembali dan mengembangkan potensi sumber daya lokal menjadi makanan ringan yang berbasis sagu, serta meningkatkan kreativitas masyarakat terutama ibu rumah tangga untuk lebih kreatif kreatif mengolah sagu menjadi berbagai produk makanan yang lebih menarik dan bernilai jual di pasaran.

Selain pembuatan aneka camilan, juga dilakukan pelatihan pengolahan hasil perikanan berbasis jeli ikan yang lebih banyak diikuti generasi muda.

Baca juga: Unhas-Universitas Papua latih pengolahan sagu warga distrik Manokwari

Baca juga: Mengolah sagu di Sorong, memperkuat ketahanan pangan nasional


Asisten I Setda Buru Selatan Acmad Sahubawa berharap bimtek tersebut berdampak para perajin sagu maupun ikan di daerah itu dapat semakin maju dan berkembang, dan produk yang dihasilkan dapat disukai di pasar lokal maupun nasional.

Dia berharap pelatihan tidak hanya dilakukan untuk dua komoditas itu, tetapi juga pelatihan pengolahan produk berbahan kelapa, mengingat daerah Buru Selatan kaya akan kelapa, sehingga berdampak menumbuhkan perekonomian dan menambah semangat kaum ibu maupun generasi muda untuk berinovasi.

Sedangkan Anggota Komisi VII DPR RI Mercy Chriesty Barends menyatakan pihaknya terus mendorong BRIN sebagai mitra untuk penerapan teknologi tepat guna, agar hasil-hasil riset dan inovasi dapat digunakan untuk pengembangan potensi sumber daya alam (SDA) yang ada di Maluku.

"Khusus sagu sebagai sumber pangan lokal masyarakat di Maluku sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita. Untuk itu pangan lokal ini harus dikembangkan lebih luas dan menjadi tren setter, khususnya di era milenial saat ini," kata anggota DPR RI dari Dapil Maluku itu.

Dengan kondisi saat ini, pihaknya terus mendorong masyarakat khususnya para perajin sagu untuk ditingkatkan pengetahuan dan kapasitas melalui pelatihan atau bimbingan teknis, dengan harapan bukannya pengetahuan yang meningkat, namun kreativitas dalam mengelola seluruh potensi pangan terkhusus sagu mampu mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat Maluku di masa mendatang.

Dia juga mengajak seluruh komponen masyarakat di Maluku untuk terus menjaga populasi komoditas sagu dan meningkatkan pengolahannya selain sebagai pangan lokal juga produk berkualitas dan bernilai jual di pasaran lokal, nasional maupun internasional.

Mercy menambahkan, data Kementerian Pertanian produksi sagu di Indonesia mencapai 367.132 ton pada tahun 2021. Jumlah tersebut meningkat tipis 0,09 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan berdasarkan wilayahnya, produksi sagu paling besar di Riau senilai 265.830 ton. Jumlah itu menyumbang 38,11 persen dari total produksi sagu nasional sepanjang tahun 2021, Disusul Papua dengan produksi sebanyak 67.931 ton serta Maluku mencatatkan produksi sagu sebesar 9.601 ton.

"Melihat trennya produksi sagu di dalam negeri cenderung meningkat sejak 2011-2018. Jumlahnya pun mencapai rekor tertingginya pada 2018 yang mencapai 463.542 ton. Hanya saja, produksi sagu sempat anjlok menjadi 359.838 ton pada tahun 2019," katanya.

Bimtek pengolahan aneka camilan berbahan sagu telah dilakukan BRIN dengan mitra Komisi VII DPR RI melalui kegiatan Wira Usaha Bersama (WUB) IKM di empat kabupaten/kota yakni Kota Ambon, Seram Bagian Barat (SBB), Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Aru dengan jumlah peserta 220 orang Juli 2022.*

Baca juga: Kementan dorong pengembangan mie sagu solusi ancaman krisis pangan

Baca juga: Koramil 1708/Supiori Utara mendorong pengelolaan sagu

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022