Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan
New York (ANTARA) - Minyak melonjak lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) dan mencatat kenaikan harian terbesarnya dalam lebih dari sebulan, karena investor membeli aset-aset berisiko setelah data AS menunjukkan perlambatan inflasi.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari menetap di 80,68 dolar AS per barel, terangkat 2,69 dolar AS atau 3,5 persen. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari terdongkrak 2,22 dolar AS atau 3,0 persen, menjadi ditutup di 75,39 dolar AS per barel.

Kedua kontrak mencatat kenaikan harian terbesar sejak 4 November.

Pasar juga didukung oleh kekhawatiran tentang gangguan pasokan, termasuk penutupan yang sedang berlangsung dari pipa minyak mentah Keystone, Kanada ke Amerika Serikat setelah kebocoran besar minggu lalu.

Indeks dolar jatuh pada Selasa (13/12/2022) setelah data menunjukkan bahwa inflasi harga konsumen AS yang mendasari naik lebih rendah dari yang diperkirakan pada bulan lalu, memperkuat harapan bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga pada Rabu.

Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan.

"Tidak ada yang benar-benar melihat angka itu datang di bawah ekspektasi - kemungkinan peristiwa positif permintaan yang menempatkan tawaran di pasar," kata analis Mizuho, Robert Yawger, dikutip dari Reuters.

Fokus sekarang akan beralih ke bagaimana Federal Reserve AS menanggapi laporan IHK, tambah Yawger. Jeda kenaikan suku bunga bisa mendorong harga lebih tinggi.

Namun, para pedagang mengatakan kekhawatiran pasokan minyak telah ada selama beberapa hari ini, menunjukkan reli Selasa (13/12/2022) mungkin turun ke sentimen 'berisiko' yang lebih luas setelah data inflasi.

"Ini hanya reli luas berbasis dolar," kata Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. "Mengingat penurunan berkelanjutan di pasar, setiap berita positif akan mengangkat minyak, tetapi masih harus dilihat apakah reli ini akan bertahan."

Reli pada Selasa (13/12/2022) juga bisa disebabkan oleh pedagang yang menutup posisi jual - taruhan spekulatif bahwa harga komoditas akan turun - setelah kedua harga acuan turun lebih dari 10 persen minggu lalu.

"Setelah berada di ujung kekalahan mutlak minggu lalu, beberapa minat beli dan perburuan harga murah kembali ke kompleks minyak mentah," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

Pasar telah tenggelam akhir-akhir ini karena prospek permintaan yang pesimistis. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak pada Selasa (13/12/2022) memangkas perkiraan permintaan minyak absolut kuartal pertama dan mengatakan perlambatan ekonomi global menjadi nyata.

Para pemimpin China dilaporkan menunda pertemuan kebijakan ekonomi utama karena melonjaknya infeksi COVID-19, menambah kekhawatiran tentang pemulihan permintaan di importir minyak mentah terbesar dunia itu.

Pipa minyak Keystone milik TC Energy yang mengirimkan 620.000 barel per hari minyak mentah Kanada ke AS, tetap ditutup setelah tumpahan minggu lalu, yang dapat mengurangi persediaan AS secara keseluruhan, terutama dipusat penyimpanan Cushing, Oklahoma , titik pengiriman untuk kontrak berjangka AS.

Persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun 3,6 juta barel pekan lalu, menurut jajak pendapat Reuters.

Data industri dari American Petroleum Institute (API) akan dirilis pada pukul 21.30 GMT, diikuti oleh data pemerintah pada Rabu waktu setempat.

Baca juga: Harga minyak perpanjang kenaikan di Asia, dipicu penutupan pipa AS
Baca juga: Harga minyak Asia naik lagi, pasar khawatir pasokan AS & harapan China
Baca juga: Minyak melonjak dipicu risiko pasokan saat pipa utama Keystone ditutup

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022