Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di sesi Asia pada Rabu sore, setelah data industri menunjukkan peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS terhadap perkiraan penurunan para analis, memperkuat kekhawatiran tentang melemahnya permintaan bahkan ketika pasokan semakin ketat.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 18 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 80,50 dolar AS per barel pada pukul 07.27 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 34 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan pada 75,05 dolar AS per barel.

Pelaku pasar juga mengambil untung karena risiko tetap ada menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS, kata Tina Teng, analis CMC Markets.

"Tapi saya masih berharap bahwa harga minyak dapat melanjutkan laju rebound baru-baru ini," katanya, menambahkan bahwa aksi jual sebelumnya, yang dipicu oleh kekhawatiran resesi, telah berhenti setelah dua rilis data berturut-turut mengindikasikan inflasi AS yang lebih dingin.

Pembuat kebijakan Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Rabu waktu setempat, melambat dari kecepatan 75 basis poin yang mereka pertahankan dalam pertemuan sejak Juni ketika mereka bergulat dengan inflasi tinggi.

Indeks harga konsumen AS naik 0,1 persen pada November setelah naik 0,4 persen pada bulan sebelumnya.

"Setiap komentar dari Fed yang mengindikasikan perlambatan lebih lanjut dari kenaikan suku bunga di AS akan mendukung harga minyak dari sini," kata Baden Moore, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank.

Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 7,8 juta barel dalam sepekan hingga 9 Desember, menurut sumber pasar yang mengutip data dari American Petroleum Institute (API), sementara analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan stok sebesar 3,6 juta barel.

Data persediaan meredam sentimen bullish yang membuat minyak naik 3,0 persen di sesi sebelumnya, di tengah harapan kebangkitan permintaan China dengan pelonggaran pembatasan COVID-19 dan melemahnya dolar setelah data menunjukkan inflasi AS mereda.

Lalu lintas jalan raya dan udara di China telah meningkat tajam, menurut data dari kementerian transportasi, firma analitik perjalanan dan konsultan energi, meningkatkan prospek permintaan bahan bakar.

OPEC mengatakan dalam laporan bulanan terbarunya bahwa mereka memperkirakan akan melihat pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada 2023, dengan potensi kenaikan ekonomi yang berasal dari pelonggaran kebijakan China terkait COVID.

Harga minyak juga telah didukung minggu ini oleh penghentian pipa minyak utama Keystone milik TC Eenrgy Corp, yang mengirimkan 620.000 barel per hari minyak mentah Kanada ke Amerika Serikat.

Pipa telah ditutup setelah tumpahan 14.000 barel, dengan pejabat setempat mengatakan pada Selasa (13/12/2022) bahwa pembersihan akan memakan waktu setidaknya beberapa minggu lagi.

Baca juga: G7 berjanji "intensifkan" tekanan ekonomi terhadap Rusia
Baca juga: Minyak tergelincir di awal sesi Asia karena persediaan AS melonjak
Baca juga: Utusan energi Biden senang dengan batas harga minyak Rusia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022