Indeks dolar tergelincir 0,21 persen menjadi 103,7700 di akhir perdagangan New York.
New York (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, menyusul empat kenaikan berturut-turut sebesar 75 basis poin pada pertemuan sebelumnya dalam upaya untuk meredam inflasi.

Peningkatan terbaru mengangkat kisaran target untuk suku bunga dana federal menjadi 4,25 persen hingga 4,5 persen, level tertinggi dalam 15 tahun.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, tergelincir 0,21 persen menjadi 103,7700 di akhir perdagangan New York.

Euro naik menjadi 1,0669 dolar AS dari 1,0639 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2400 dolar AS dari 1,2374 dolar AS pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 135,34 yen Jepang, lebih rendah daripada 135,49 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9244 franc Swiss dari 0,9287 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3551 dolar Kanada dari 1,3557 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,1902 krona Swedia dari 10,2114 krona Swedia.

Greenback berbalik arah dan mundur ketika Ketua Fed Jerome Powell mengajukan pertanyaan. The Fed memproyeksikan setidaknya 75 basis poin tambahan kenaikan biaya pinjaman di akhir tahun 2023 serta peningkatan pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang hampir terhenti.

Menjelang pertemuan Fed, data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan telah membuat beberapa investor berharap Powell akan mengambil nada yang lebih dovish pada konferensi pers pada hari Rabu (14/12).

Namun, Powell mengatakan terlalu dini untuk berbicara tentang pemotongan suku bunga bank sentral AS dan bahwa fokus Fed adalah pada pengaturan kebijakan yang akan mengembalikan inflasi ke target 2,0 persen dari waktu ke waktu.

"Ini adalah rangkaian komunikasi yang lebih hawkish daripada yang diharapkan pasar. Pembuat kebijakan memupus harapan untuk pelonggaran berkelanjutan dalam kondisi keuangan dengan mempertahankan bahasa sebelumnya yang mengatakan bahwa 'peningkatan berkelanjutan' akan diperlukan untuk menempatkan kebijakan pada pijakan yang cukup ketat," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Ekonom ingatkan pelemahan rupiah bisa persempit devisa
Baca juga: Ekonom sebut kebijakan BI bisa jaga stabilitas nilai tukar rupiah

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022