SGA 2022 bukan hanya untuk mendukung kesetaraan gender, tapi juga sebagai media pendukung menuntaskan stunting
Surabaya (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) menyatakan Surabaya Gender Award (SGA) 2022 yang digelar Pemkot Surabaya menjadi media pendukung penuntasan stunting (kekerdilan anak)  di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur itu.

Kepala DP3APPKB Kota Surabaya, Tomi Ardiyanto dalam taklimat media yang diterima di Surabaya, Kamis, mengatakan, SGA 2022 bukan hanya untuk mendukung kesetaraan gender, tapi juga sebagai media pendukung menuntaskan stunting.

"Dengan SGA 2022 maka diharapkan kasus stunting di Surabaya akan menurun drastis," katanya.

Ia mengatakan selain awarding, SGA yang digelar secara umum di Royal Plaza Surabaya pada Rabu (14/12) 2022 itu juga digelar di kecamatan dan kelurahan di Surabaya.

Alasan SGA 2022 digelar di kecamatan dan kelurahan, kata dia, adalah untuk memberikan pemahaman terhadap camat dan lurah, ketika mempunyai sebuah program dan melayani warga tidak memandang dari segi gender.

Selain ditujukan kepada camat dan lurah, SGA juga untuk memberikan wawasan kesetaraan gender kepada warga, PKK, LPMK, RT/RW, dan Karang Taruna.

"Untuk kecamatan dan kelurahan yang kita nilai itu secara organisasinya dan bagaimana mereka mensosialisasikan kesetaraan gender, sedangkan untuk masyarakat adalah peran sertanya yang kita nilai," katanya.

Ia yakin dengan SGA 2022 maka kasus stunting di Surabaya akan menurun drastis yang mana tadinya berada di angka 12.788 di tahun 2020, kini di tahun 2022 menjadi 1.055.

"Kami berharap, dengan SGA bisa menjadi salah satu inovasi dan motivasi untuk camat, lurah dan masyarakat dalam mengentaskan stunting di Surabaya," kata Tomi Ardiyanto.

Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya Rini Indriyani menjelaskan, kaitannya SGA dengan stunting karena dalam mengatasi stunting itu ada yang namanya pola asuh, laki-laki dan perempuan dalam mengasuh anak itu punya kesetaraan yang sama.

Contoh lain, kata dia, dalam rumah tangga kebanyakan kepala rumah tangganya adalah perokok. Tentu, ketika di dalam rumah tangga itu ada salah satu perokok, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Oleh karena itu, kata dia, sebagai kepala rumah tangga harus paham dan menahan egonya untuk tidak merokok ketika sedang bersama anaknya. "Begitu pula ketika istri sedang hamil. Dalam kondisi ini tentunya istri butuh perhatian penuh agar anak terlahir sehat, di situasi seperti inilah pentingnya kesetaraan gender," ujar Rini.

Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi itu melanjutkan, kesetaraan gender tidak hanya dalam kondisi itu saja. Akan tetapi berlanjut hingga proses mengasuh anak dan seterusnya.

"Jadi bukan hanya tugas perempuan saja, tetapi peran kepala rumah tangga juga penting. Begitu dengan suami ketika bekerja, istri juga wajib membantu pekerjaan rumah tangga," demikian Rini Indriyani.

Baca juga: Wali kota targetkan tiga bulan mendatang Surabaya zero stunting

Baca juga: Tiga balita berisiko stunting jadi pemenang lomba Surabaya Emas

Baca juga: Wali Kota: Pejabat mestinya malu masih ada bayi tengkes di Surabaya

Baca juga: IDAI sarankan pendataan akurat data kelahiran anak di Surabaya

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022