Istilah (fikih peradaban) ini tak dikenal di dunia Islam. Tapi ini istilah yang banyak digunakan umat Islam di Indonesia dan NU untuk menunjuk pada wacana keagamaan di berbagai masalah yang berkembang di masyarakat
Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggagas muktamar internasional fikih peradaban (Fiqhul Hadlarah) pada Februari 2023, yang menjadi rangkaian terakhir dari sembilan klaster kegiatan sebelum puncak Resepsi Satu Abad NU di Sidoarjo.

"Istilah (fikih peradaban) ini tak dikenal di dunia Islam. Tapi ini istilah yang banyak digunakan umat Islam di Indonesia dan NU untuk menunjuk pada wacana keagamaan di berbagai masalah yang berkembang di masyarakat," kata Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dalam taklimat media tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan sampai saat ini dunia masih dibayangi konflik identitas dan yang mengatasnamakan agama. Konflik tersebut memang bukan baru terjadi tapi sudah sangat lama. Padahal, kata dia, dunia sudah memiliki sebuah kesepakatan besar yakni Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa.

Sayangnya, kata dia, hal-hal yang disepakati secara internasional tidak serta-merta dapat diterapkan secara domestik oleh negara-negara anggota PBB. Dinamika percaturan di antara aktor-aktor global pun tidak secara konsisten mengarah kepada pemapanan dan penguatan kesepakatan-kesepakatan tersebut.

"Dengan kata lain, visi dari Piagam PBB dan Organisasi PBB adalah sesuatu yang masih harus diperjuangkan oleh mereka yang sungguh-sungguh menyetujuinya dan mempercayai kemungkinan terwujudnya," kata dia.

Ia mengatakan kelompok-kelompok Muslim yang terlibat konflik, termasuk dengan menggunakan kekerasan hingga teror, mempertahankan posisi mereka dengan mengajukan rujukan-rujukan di dalam turats fiqhiyyah.

Menurut dia gagasan muktamar internasional fikih itu merupakan bagian dari ikhtiar NU untuk berkontribusi dalam perdamaian dunia internasional.

"Ini awalan dari inisiatif strategis yang diusung NU dalam membangun peradaban," kata Yahya Cholil Staquf.

Muktamar ini akan dihadiri sejumlah ahli fikih dunia dan tokoh muslim internasional seperti Syaikh Dr. Ahmad Al-Thayib (grand Syaikh Al Azhar, Mesir), Syaikh Abdullah bin Mahfudh Ibn-Bayyah (Majelis Hukana Al amuslimin, UAE), Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al Jufri (Direktur El Taba Institute, UAE).

Lalu Eslam Sa'ad (Peneliti Islam Kontemporer,. Mesir), Dr. Syafiq Ibrahim Allam (Grand Mufti, Mesir), dan Prof. Koutoub Moustapha Kano (Sekjen Council of Islamic Fiqh Afrika).

Baca juga: Wapres yakin fikih Islam beri solusi untuk penanganan pandemi

Baca juga: PBNU undang ulama sedunia ikuti Muktamar Fikih Peradaban pada 2023

Baca juga: Menkominfo apresiasi Fikih Informasi Muhammadiyah

Baca juga: Muslim Australia Segera Miliki Dewan Fiqih dan Riset


 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022