Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Selasa sore, didukung oleh pelemahan dolar dan rencana AS untuk mengisi kembali cadangan minyaknya, tetapi kenaikan dibatasi oleh ketidakpastian atas dampak meningkatnya kasus COVID-19 di importir minyak utama China.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 15 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 79,95 dolar AS per barel pada pukul 07.10 GMT, menambah kenaikan 76 sen di sesi sebelumnya.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 32 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan pada 75,51 dolar AS per barel, setelah naik 90 sen di sesi sebelumnya.

Kedua kontrak naik lebih dari satu dolar AS di awal sesi.

Harga minyak telah didukung oleh rencana AS yang diumumkan minggu lalu untuk membeli hingga 3 juta barel minyak untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR) menyusul rilis rekor tahun ini sebesar 180 juta barel dari persediaannya.

Greenback yang lebih lemah juga mendukung harga, membuat minyak lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.

Namun, para analis mengatakan tanda-tanda yang jelas dari peningkatan permintaan diperlukan agar harga naik lebih jauh.

"Prospek permintaan minyak akan menjadi kunci seberapa tinggi harga minyak mentah bisa naik dan itu mungkin sulit untuk mendapat kejelasan karena kami melihat sinyal beragam dengan pembukaan kembali China," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.

Sementara China telah melonggarkan pembatasan pandemi, lonjakan kasus COVID-19 telah menjadi bearish bagi pasar minyak karena ketidakpastian tentang pemulihan ekonomi negara tersebut, kata analis Tina Teng di CMC Markets.

Kota-kota di seluruh negeri telah berlomba untuk memasang tempat tidur rumah sakit dan membangun klinik pemeriksaan demam di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional bahwa keputusan Beijing untuk membongkar rezim "nol-COVID" yang ketat akan menyebabkan kemungkinan kematian, mutasi virus, dan dampak ekonomi.

"Penguatan minyak mentah, meskipun moderat, terasa tentatif. Saya perkirakan tekanan turun dari kekhawatiran ekonomi global akan terjadi," kata Vandana Hari, pendiri Vanda Insights di Singapura.

Stok minyak mentah AS diperkirakan turun minggu lalu sekitar 200.000 barel, sementara persediaan bensin dan sulingan diperkirakan lebih tinggi, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (19/12/2022).

Jajak pendapat dilakukan menjelang laporan dari American Petroleum Institute (API) pada Selasa, dan Badan Informasi Energi AS, cabang statistik dari Departemen Energi AS, yang akan dirilis pada Rabu (21/12/2022).

Baca juga: Minyak naik di Asia, ketidakpastian COVID China batasi keuntungan

Baca juga: Minyak naik dipicu harapan ekonomi China, tetapi dibatasi takut resesi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022