New York (ANTARA) - Bank sentral Jepang (BoJ) yang memperluas rentang perdagangan untuk obligasi pemerintah Jepang (JGB) 10 tahun pada Selasa (20/12/2022), mungkin telah menimbulkan kerusakan pada dolar terhadap yen, tetapi analis Goldman Sachs mengatakan ada ruang bagi greenback untuk naik lebih lanjut.

Pada Selasa (20/12/2022), dolar jatuh sebanyak 4,0 persen terhadap yen, persentase penurunan harian terbesar sejak 1998. Namun demikian, mata uang AS rebound pada Rabu (21/12/2022), dan terakhir naik 0,4 persen pada 132,28 yen.

Dalam catatan penelitian Rabu (21/12/2022), Goldman mengatakan jalan untuk yen bergantung pada apakah langkah BoJ merupakan penyesuaian teknis seperti yang ditunjukkan oleh bank sentral, atau dimulainya rezim kebijakan moneter yang lebih ketat.

Goldman berasumsi bahwa, untuk saat ini, langkah BoJ adalah penyesuaian teknis dan "tanda bahwa suku bunga kebijakan dapat disesuaikan lebih lanjut di bulan mendatang", meskipun kerangka dasar BoJ tetap tidak berubah.

Dalam skenario dasar bank, imbal hasil obligasi pemerintah akan terus memiliki "tingkat kebebasan lebih" daripada JGB, mencatat bahwa suku bunga front-end AS "melebihi peluang resesi, dan meremehkan siklus Fed". Ini akan mendorong dolar/yen lebih tinggi selama beberapa bulan mendatang, kata Goldman.

Namun,untuk saat ini Goldman menutup posisi beli dolar/yen-nya karena pasar kemungkinan akan memperkirakan perubahan kebijakan BoJ yang lebih berarti, yang menurut bank investasi AS itu adalah kemungkinan nyata.

"Kami menempatkan prakiraan kami dalam peninjauan, sementara kami menilai kembali."

Baca juga: Yen mundur setelah perubahan kebijakan BoJ picu lonjakan
Baca juga: Rupiah menguat dipicu keputusan Bank Sentral Jepang
Baca juga: Yen melemah di awal sesi Asia, pedagang cerna perubahan kebijakan BoJ

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022