Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, dr. Irma Sri Hidayati, mendorong orang tua untuk memeriksa dan memantau secara rutin masa tumbuh kembang anak sebagai salah satu langkah pencegahan stunting.

"Tentu sangat perlu. Seorang anak harus dipantau pertumbuhannya di posyandu sebagai lini pertama pelayanan kesehatan balita," kata Irma dalam diskusi Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan diikuti secara virtual dari Jakarta, Jumat.

Menurutnya, sebaiknya setiap bulan orang tua dapat melakukan pemantauan berat badan, panjang badan dan tinggi badan untuk menilai pertumbuhan anak dan mendeteksi dini gangguan pertumbuhan, baik itu gagal tumbuh, gizi kurang, bahkan gizi buruk.

Langkah pemantauan dan deteksi dini itu dilakukan untuk mencegah stunting, mengingat ujung dari malnutrusi kronik dapat berakibat pada kondisi tersebut.

Baca juga: Dokter ingatkan dampak stunting terhadap kondisi kesehatan anak

Baca juga: Dokter ingatkan stunting pada anak dapat dicegah sejak awal


Untuk itu, pencegahan bisa dilakukan dengan pemantauan pertumbuhan anak.

Kondisi stunting tidak hanya berdampak kepada pertumbuhan tubuh dan otak anak, tapi juga dapat mempengaruhi kesehatan mereka.

Stunting dapat meningkatkan morbiditas pada anak, angka kesakitan dan kematian karena sistem imun yang turun.

Sementara itu, dampak jangka panjang adalah anak tidak dapat mencapai potensi terbaik perkembangan fisik dan kognitif. Hal itu akan berpengaruh di masa depan ketika telah dewasa, terutama berdampak kepada sosial dan ekonominya.

Stunting adalah kondisi gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan faktor gizi buruk dalam waktu yang lama, paparan infeksi berulang dan kurangnya stimulasi.

Kondisi itu dipengaruhi oleh status kesehatan ibu hamil, pola makan balita serta faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.

Menurut Studi Status Gizi Indonesia pada 2021, ditemukan fakta bahwa 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting. Diperkirakan kurang lebih terdapat 5 juta anak Indonesia yang mengalami kondisi tersebut pada tahun itu.*

Baca juga: Bangka Barat berhasil turunkan kekerdilan jadi 9,2 persen

Baca juga: Kemenkes canangkan Gerakan Nasional Bumil Sehat di Kupang


Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022