tidak semua pasien HIV berakhir dengan AIDS
Grobogan (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah menggelar pelatihan, pembentukan serta pendampingan kelompok HIV care di Kabupaten Grobogan sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintah dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, Selasa.

Menurut Wakil Ketua IV IDI Wilayah Jateng Budi Palarto di Grobogan, acara ini sagat bagus untuk karena sebagai bentuk peran serta masyarakat sebagai kader karena mengatasi HIV/AIDS yang permasalahannya cukup kompleks.

Sehingga menurut dia, upaya pencegahan dan penanggulangannya tidak hanya mengandalkan peran pemerintah, melainkan perlu ada pelibatan swasta dan masyarakat karena selama ini masih banyak stigma terhadap penderita HIV/AIDS.

"IDI sebagai mitra pemerintah tidak hanya mensejahterakan anggota, tetapi juga ikut memperhatikan kesejahteraan masyarakat," ujar dr. Budi Palarto, SpOG, saat menghadiri acara pelatihan di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan.

Ia mengingatkan jumlah temuan kasus HIV/AIDS semakin bertambah dan menjadi fenomena gunung es, sehingga ketika tidak segera diantisipasi bisa mengganggu kesehatan masyarakat dan kualitas hidup masyarakat.

Baca juga: Sosialisasikan HIV/AIDS, KPA gandeng Disdik Surakarta-Jateng
Baca juga: Penderita AIDS di pantura Jateng terus bertambah

Untuk itu, kata dia, dibutuhkan dukungan banyak pihak dan mendorong masyarakat mau memeriksakan diri, sehingga ketika diketahui positif HIV bisa langsung ditangani untuk dilakukan pengobatan karena saat ini ada obatnya yang bisa menekan virus penyebab HIV.

"Tidak semua pasien HIV berakhir dengan AIDS, ketika cepat ditemukan dan diobati. Pengobatannya memang seumur hidup dan dipantau terus dan terukur serta dievaluasi di laboratorium. Sepanjang mengikuti saran dokter dan taat minum obat, penderita HIV bisa hidup seperti orang normal," ujarnya.

Ketua Panitia Pelatihan Siti Masfufah berharap adanya pelatihan ini, maka teman-teman dokter di cabang mulai peduli untuk bisa memikirkan bagaimana pasien orang dengan HIV/AIDS (Odha) ada pendampingan dan pengurangan stigma negatif di masyarakat.

"Karena yang terjadi selama ini, masyarakat takut mendekati dan berempati terhadap pasien Odha karena minimnya pengetahuan soal penyakit HIV/AIDS," ujarnya.

Baca juga: Ditemukan 1.700 Lebih Kasus HIV/AIDS di Jateng
Baca juga: Pabrik obat HIV mulai berproduksi di Semarang

Anggapan masyarakat, kata dia, penderita HIV disebabkan karena sebelumnya melakukan perbuatan tidak baik. Padahal, tidak semua Odha karena kasus hubungan seksual karena bisa saja akibat transfusi darah, anak yang tertular dari ibunya, atau pengguna narkoba suntik.

Siti Masfufah yang juga Ketua Bidang Pengabdian Profesi IDI Wilayah Jateng mendorong dinas kesehatan kabupaten/kota ikut memberikan penyuluhan terhadap warganya tentang HIV/AIDS serta mengadakan pemeriksaan HIV secara gratis.

"Pengobatannya juga semakin mudah karena bisa diakses di beberapa Puskesmas dan rumah sakit secara gratis," ujarnya. 

Baca juga: Dalam Tiga Bulan Semarang Nambah 86 Penderita HIV/AIDS

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022