Jakarta (ANTARA) - Peneliti bidang ekonomi The Indonesian Institute (TII) Nuri Resti Chayyani menyebut guncangan yang terjadi pada sektor pertanian di dalam negeri menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2022.

Kepada Antara di Jakarta, Rabu, dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional akan melambat berada di kisaran 5 hingga 5,4 persen year on year (yoy) pada triwulan IV-2022, dari sebelumnya 5,72 persen yoy pada triwulan III-2022.

“Diproyeksikan, pertumbuhan ekonomi secara quartal to quartal (qtq) tahun 2022 tidak terlalu tajam penurunannya dan masih stabil yaitu di sekitar 1,3-1,6 (qtq),” jelas Nuri.

Dia menjelaskan, guncangan pada sektor pertanian dalam negeri, pertama, disebabkan oleh faktor iklim yang mengakibatkan gagal panen pada beberapa komoditas pertanian, contohnya, berbagai macam cabai.

“Hal itu mengurangi ketersediaan (stok) di pasaran yang mengganggu penawaran pasar di tengah permintaan yang tinggi. sehingga berpengaruh pada daya beli masyarakat juga,” kata Nuri.

Selain itu, guncangan pada sektor pertanian dalam negeri yang kedua, disebabkan oleh harga pupuk yang tinggi di tingkat global.

“Selain iklim, ada juga harga pupuk global yang tinggi, dan itu juga mengguncang pertanian dalam negeri yg berpengaruh pada ketersediaan. lagi-lagi masalahnya ada di kelangkaan,” kata Nuri.

Hingga November 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di angka 0,09 persen secara month to month (mtm) dan 5,42 persen secara year on year (yoy).

Adapun, Nuri memproyeksikan inflasi akan berada di kisaran 5- 5,3 persen yoy pada akhir tahun 2022, didorong adanya second-round effect akibat kenaikan harga BBM pada September 2022 lalu.

“Kemudian karena cuaca, kebutuhan bahan pokok itu mengalami kelangkaan akibat faktor produksi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri mengalami peningkatan harga,” kata Nuri.

Dalam kesempatan ini, dia mengingatkan perlunya antisipasi terhadap ketersediaan (stok) pangan pokok di dalam negeri, mengingat adanya permintaan yang tinggi pada perayaan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Baca juga: Pakar sebut komitmen RI majukan sektor pangan patut dicontoh G20

Baca juga: Padi hibrida sebagai solusi pembangunan pangan Indonesia


Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022