Cianjur, Jawa Barat (ANTARA) - Relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) menyebutkan  banyak bantuan baju dan sampah yang ditumpuk di sejumlah titik saat ini menjadi masalah serius bagi korban gempa bumi Cianjur.

“Budaya di sini sampah itu ditimbun. Kasus lain lagi adalah tumpukan pakaian bekas. Di sini kami makanya sarankan jangan beri bantuan pakaian bekas. Jangan seakan seperti menguras pakaian di rumah,” kata Relawan SAR MDMC Satriyo di Cianjur, Jawa Barat, Kamis.

Satriyo menuturkan bahwa Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, itu sudah masuk ke dalam zona oranye atau daerah dengan kategori hampir mendekati bahaya.

Kondisi tersebut membuat banyak masyarakat antusias membantu korban gempa. Sayangnya, bantuan seperti baju yang sudah terlampau banyak justru hanya menjadi gunungan pakaian bekas tidak tersentuh di pengungsian.

Baca juga: Pemkab Cianjur tetap siapkan tiga titik relokasi untuk korban gempa

Baca juga: Layanan air siap minum gratis dibuka PMI untuk korban gempa Cianjur


Meski para relawan sudah bekerja keras untuk memisahkan setiap pakaian sesuai dengan jenis gender dan usia, bantuan pakaian terus berdatangan. Begitu tiba, para korban hanya mengambil seperlunya dan jika tersisa, tidak ada yang mengambilnya.

Menurutnya, bantuan pakaian yang banyak datang dalam karung memicu pemikiran bahwa pakaian itu hanyalah pakaian bekas. Sehingga, pihaknya mulai menerapkan setiap sembako pakaian yang datang diusahakan sudah dalam bentuk paket dan di cuci dengan bersih supaya distribusi lebih mudah dan bersih.

“Makanya kita kalau di sini dipisahkan dulu dan dipilihkan sesuai SPEK atau aturan yang berlaku dari asesmen baru dibagikan. Tapi itu saja masih sisa,” ujarnya.

Relawan MDMC Budi Ucil justru mengatakan kalau belum ada kementerian/lembaga yang melihat permasalahan ini. Saat ini saja, jumlah bantuan pakaian masih tersisa tiga karung lagi.

Hal lain yang menjadi masalah adalah timbunan sampah yang tidak terangkat sejak lama. Menurut Budi, sampah bekas makanan atau puing bangunan itu masih menumpuk di bulan Januari, dikhawatirkan pengungsi terkena penyakit penular pada bulan Februari atau Maret 2023.

“Harusnya disediakan tempat pembakaran sampah kayak tong begitu jadi lebih tertata,” katanya.

Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga menyatakan telah mendengar berbagai kendala di lapangan dan memastikan semuanya akan dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga terkait.

Menanggapi masalah sampah, Bintang menyayangkan seharusnya sejak awal masalah itu sudah dibicarakan dan dipilah berdasarkan jenisnya agar mudah untuk diolah kembali. Dirinya berjanji akan segera menyampaikan keluhan itu ke KLHK dan bersama-sama mencari solusinya.

Meski demikian, Bintang meminta sembari menunggu hasil koordinasi semua relawan, pembina pengungsian hingga Forum Anak tetap bekerja sama membantu para korban tetap produktif dan menghilangkan rasa traumanya melalui aktivitas yang menyenangkan.*

Baca juga: Sahroni dukung KPK usut dugaan penyelewengan bantuan gempa Cianjur

Baca juga: PMI dan IFRC mulai salurkan BNT untuk penyintas gempa


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022