Shanghai (ANTARA) - Saham-saham China rebound pada perdagangan Jumat, karena para pedagang mencari titik terang tahun depan di tengah janji otoritas untuk mendukung pertumbuhan, mengakhiri tahun 2022 ketika pasar mencatat tahun terburuk dalam empat tahun.

Indeks saham unggulan China CSI 300 ditutup 0,4 persen lebih tinggi, sedangkan Indeks Komposit Shanghai berakhir menguat 0,5 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong berakhir naik tipis 0,2 persen, dan Indeks Hang Seng China Enterprises bertambah 0,1 persen.

Ekuitas Asia lainnya naik karena investor tampaknya mengakhiri tahun ini dengan catatan optimis setelah data AS menunjukkan kebijakan moneter agresif Federal Reserve (Fed) meredam tekanan inflasi.

Saham-saham China mencatat kinerja tahunan terburuk sejak 2019, dengan Indeks CSI 300 anjlok 21,6 persen. Sementara itu, indeks acuan saham Hong Kong merosot 15,4 persen, mencatat tahun terburuk sejak 2012.

Investor asing membeli bersih 90 miliar yuan (12,9 miliar dolar AS) saham China pada tahun 2022 melalui Skema Stock Connect, seperlima dari total tahun lalu dan jumlah terkecil sejak 2017.

Namun, para investor dan analis lebih optimis tentang saham China tahun depan, karena negara itu menghapus kebijakan nol-COVID yang ketat bulan ini, membuat sahamnya rebound sekitar 10 persen sejak level terendah baru-baru ini pada 31 Oktober.

Baca juga: Saham Asia dibuka naik, pasar temukan pijakan optimis di akhir tahun

Bank-bank global termasuk Citi, Bank of America, dan JP Morgan telah meningkatkan rekomendasi untuk saham China, sambil mengharapkan pemulihan ekonomi tahun depan.

Kepala Ekonom CITIC Securities, Ming Ming, mengatakan faktor-faktor yang membebani saham China dalam dua tahun terakhir termasuk kebijakan COVID, penurunan properti, pengetatan The Fed, dan tindakan keras negara terhadap platform internet, semuanya diperkirakan akan membaik pada tahun 2023.

Untuk mendukung perlambatan ekonomi, kementerian keuangan mengatakan pada Kamis (29/12/2022) bahwa China akan meningkatkan pengeluaran fiskal "dengan tepat" pada tahun 2023, dengan fokus pada inovasi teknologi dan sektor-sektor strategis utama.

Para pemimpin China telah berjanji untuk meningkatkan penyesuaian kebijakan guna meredam dampak lonjakan infeksi COVID-19 pada bisnis dan konsumen.

Namun tekanan jangka pendek dari lonjakan kasus COVID dan kematian membuat sentimen tetap lemah. Indeks Komposit Shanghai kehilangan hampir 2,0 persen pada Desember, sedangkan Indeks CSI 300 naik tipis 0,5 persen.

Sekitar 9.000 orang di China mungkin meninggal setiap hari akibat COVID-19, kata perusahaan data kesehatan Airfinity yang berbasis di Inggris, Kamis (29/12/2022).

Baca juga: China jawab rumor tingginya angka kematian akibat COVID-19
Baca juga: Korsel akan wajibkan tes COVID-19 bagi pelaku perjalanan dari China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022